Rabu, 13 Juni 2018

Teks Pambiworo (pembawa acara) Ngunduh manten

ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﺮَﻛَﺎﺗُﻪُ
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩُ،
ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ
ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ
ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ َ،ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ
ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ، ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ
ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ. ، ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ؛
✔Dumateng poro pepunden, sesepuh pinisepuh ingkang hanggung hamastuti dumateng pepeoyaning kautaman ingkang pantes nampi pakurmatan.
✔Kunjuk panjenenganipun poro alim para –para ulama, bopo haji saha ibu hajah poro santriwan santriwati ingkang rinten dalu tansah sumanding kitap suci wahyuning ilahi, pinangka panuntun kiblating panembah ingkang satuhu luhuing budi.
✔Kunjuk panjenenganipun Poro pangenban pangembating projo satrianing nagari ingkang minangka pandam-pandoming kawulo dasih.
✔Nuwun inggih para brayat ageng
barayo wiro wiyoto wiro tamtomo
purno karyo labet projo ingkang
sampun wenang nampi wahyuning
kasutapan ingkang satuhu bagyo
mulyo.
✔Poro sedyo werdo carono madyo
tamu kakung miwah putri ingkang
satuhu bagyo mulyo.
✔Mboten katalumpen kadang kulo
werdo mudo taruna mudi taruni
ingkang minangko sekaring projo
ingkang tansah kawulo tresnani.

*Mrandopo awit keparengipun ingkang hamengku gati nuwun inggih panjenenagipun Bp ……(yang punya hajat)… kulo ingkang ingkang
kapitedan hambuko wiwaraning suko dwaraning kondo, jejereng pambiawara punapa dene pranata adicara hangaturaken rantamaning tumapaking titi laksito adicora,
ingkang sampun rinancang dening kadang kulo wongso engkang tertamtu  kaeneraken wonten ing pahargyan agung prastowo ri kalenggahan punikoo.
Kanthi raos panelongso panjenenganipun Bp kulo ingkang hamengku gati nuwun inggih
Bp ……(nama yang punya hajat)… nyuwun dhumateng ngersaning para tamu sutrisno mugi anggenipun ngentas pitulus putrinipun nuwun inggih nimas dyah kusumaning ayu
Rr …..(nama pengantin putri)…… ingkang badhe kadaupaken kaliyan Bagus… (nama pengantin putra)… atmajo panjenenganipun Bp ….(nama orang tua dari pihak besan)… ingkan g pidalem wonten ing …..(alamat)…. Mugi anggenipun
netepi dharmaning asepuh hamiwowo suto mahargya siwi tansah kali s ing rubedo nir ing
sambikolo soho tinebehno saking siku dendaning Gusti ingkang maha Kuasa.
Sang yaning poro tamu kakung miwah putri ingkang dhahat pinundhi-pundhi. Kaparengo
kulo sumawelo atur saho ngigeg anggen panjenengan wawan pangandikan saho imbal
wacono ingkang saperlu badhe hangaturaken urut reroncening adicoro wonten pahargyan
agung prastowo punika.
Bilih adicaro ingkang angka:
1. Binuko pahargyan agung prastowo
2. Sowanipun temanten putri mijil saking tepas wangi manjing ing madyaning sasono rinenggo
3. Atur pambagyo harjo
4. Pasrah gatining karso saking
sesulihing besan
5. Panampi saking sesulihing ingkang hamengku karso
6. Panjrahing sari puspito adi punopo dene panggihipun risang pinanganten
sarimbit purno diniro panggih, badhe kapacak upocoro adat widi widono kacar kucur, dulangan, timbangan saho sungkeman. Wondene
pratondo paripurnaning paharyan menawi temanten sarimbit sampun jengkar saking sasono rinenggo hanuju sangajengipun balai wismo, tanda yekti pawiwahan sampun paripurno.
Wassalamualaikum wr.wb

Minggu, 10 Juni 2018

Fiksi Komedi Malam Minggu Hujan


OLEH ARIZUNA ZUKIRAMA
SELASA, 14 APRIL 2015
Sebuah cerita lucu Zuck Linn lagi. Kali ini
mengambil setting hujan di malam minggu.
Semoga ga garing and Happy Reading!
Malam Minggu Hujan.
Begitulah, sepertinya doa jomblo-jomblo
teraniaya didengar Tuhan. Malam minggu hujan
turun begitu deras sejak maghrib. Banyak
sejoli yang sudah sejak pagi mempersiapkan
diri menyambut malam minggu, akhirnya cuma
bisa anteng dongkol di depan TV nonton
Saraswatichandra.
Beda nasib dengan Zuck, biarpun hujan dan
dingin tapi dia sudah anget di samping Linn.
Lewat prakiraan cuaca di TVRI stasiun milik
bangsa malam kemarin, ia tau kalau malam
minggu ini kotanya bakal diguyur hujan deras.
Makanya dia dari jam duabelas siang sudah
berangkat ngapelin Linn.
"Masbeb beruntung deh, begitu hujan turun
sudah sampai di rumah aku dan ketemu aku,"
kata Linn lemah lembut mirip putri keraton
belum makan.
Zuck cuma tersenyum dikulum.
"Senyum doang. Enggak nanya kenapa gitu?"
"Oh ini ceritanya mau ngegombal ya? Maaf,
maaf. Yaudah, kenapa?"
"Soalnya dengan begitu, Mas bisa berlindung
dari derasnya hujan, dibalik teduhnya matanya
aku..
Hweeek! Zuck muntah leptop!
"Sudahlah, ketimbang nyepikin aku, mending
bikinin minum buat aku...
"Baiklah. Masbeb maunya minum apa? Kopi?
Teh? Susu? Oh ya gimana kalau akua gelas
aja?"
"Terserah kamu deh, Beb, apa aja, yang
penting kopi. Dan kalau bisa jangan terlalu
panas, cukup yang hangatnya sehangat tatapan
matanya aku...
Huek! Linn buang muka! Muntah modem!
Akhirnya, Zuck dan Linn menikmati malam
minggu itu dengan sajian kopi tubruk segelas
berdua, sambil internetan memakai laptop dan
modem hasil muntahan mereka tadi.
Sementara di langit, mendung terus
mencurahkan hujannya ke rumah Linn dan
sekitarnya.
"Hujannya kok nggak capek-capek ya, padahal
udah start sejak Maghrib.." Linn berkomentar.
Di dinding, jam sudah menunjukan pukul 22.59
waktu Indonesia bagian beha berserakan. Tapi
hujan memang belum menunjukan tanda-tanda
akan mereda.
"Emang kenapa, Sayang?"
"Kalau hujannya nggak berhenti gimana Mas-
nya mau pulang coba?"
"Iya, bener. Padahal aku udah pengen pulang.
Tapi gimana, di luar gelap, anginnya kenceng,
banyak petir, mana hujan, gak ada soptek,
beceks..
"Lambemu...
"Kenapa aku nggak coba ditawarin nginep gitu,
Sayang?"
"Pengen sih nawarin, tapi takut Mas-nya nggak
mau...
"Ih kok gitu. Coba tawarin aja dulu, aku pasti
mau kalau harganya cocok...
Tiba-tiba Papanya Linn muncul dan tanpa ba bi
bu ba bu langsung memberikan teguran.
"Percuma pake jam mahal tapi gak tau waktu!"
"Papa apaan sih, Mas Zuck juga pengen pulang
dari tadi, tapi hujannya masih deres."
Zuck lega. Ia merasa terbela. "Bener Om, kalau
nggak hujan saya pasti sudah pulang. Nggak
sopan jam segini masih di sini...
"Iya, Papa. Mana banyak petir. Takutnya nanti
di jalan Mas Zuck disambar petir, trus berubah
jadi ganteng...
Papanya Linn ngakak banget.
"Besok kalau luang, kita berantem yah,
Sayang..." Zuck bisik-bisik ngancam.
Linn tersenyum mencibir.
"Tapi ngomong-ngomong Om kagum sama
kamu, walaupun hujan kamu bela-belain
menemui Linn. Emm... Gimana kalau kamu
nginep aja di sini.."
"Hah Om?! Serius? Demi apa?" Zuck terbelalak
kesenengan.
"Iya serius. Kamu tidur di ruang tamu. Tapi
maaf nggak ada bantal sama selimutnya?"
"Wuah makasih Om, makasih. Kalau cuma
bantal dan selimut nggak masalah, Om."
"Yaudah ini udah malam, sebelum tidur makan
dulu sanah, ada mie ayam spesial tuh...
Bukannya makan, Zuck malah buru-buru pergi
entah kemana. Linn beserta Papanya heran.
Tapi setelah 20 menit, Zuck muncul kembali.
"Lah kamu darimana saja, pakaianmu jadi
basah kuyup begitu?" Ayah Linn bertanya
keheranan.
Zuck nyengir kuda nil, "Anu Om, barusan dari
rumah, pulang dulu ngambil selimut sama
bantal...
*****

Cerita Lucu Romantis: Ketika Zuck Linn Putus


OLEH ARIZUNA ZUKIRAMA
SELASA, 26 MEI 2015
Cerita lucu Sejoli Salah Gaul Zuck dan Linn
seperti ini dulunya lumayan sering aku tulis di
facebook. Tapi entah sekarang-sekarang ini
facebook semakin tidak asyik, suka
menghilangkan postingan-postingan para
penggunanya. Jangankan postingan lama,
status bulan-bulan yang lalu aja banyak yang
sudah tidak terdeteksi di wall. Agak kesel juga
sih, apalagi kalau status yang hilang itu punya
arti tersendiri dan pengen dibaca kapan-kapan
lagi. Makanya sekarang aku lebih memilih
menuliskannya di blog yang pengarsipannya
jauh lebih baik.
Setelah dua bulan lalu menulis Cerpen Lucu:
Kencan Kacau yang ternyata menjadi postingan
paling populer di blog ini, kali ini aku mencoba
membuat tulisan bergenre sama. Tapi ini
bukan cerpen. Ini hanya cerita ringan-ringan
saja. Happy Reading.
Ketika Zuck Linn Putus
Akhir-akhir ini mereka sudah tidak seperti
Romeo dan Juliet lagi. Lebih seperti Tom dan
Jerry. Bentar-bentar tengkar. Zuck yang
semakin posesif. Dan Linn yang jarang mau
mengalah. Zuck yang sibuk dengan
keinginannya sendiri, dan Linn yang mulai
capek dengan semua sikap Zuck.
Seperti malam minggu lalu. Di saat hati Linn
yang sudah berbintang-bintang menanti
dimalamingguin Zuck, seketika berubah
menjadi kelabu ketika di detik-detik terakhir
Zuck mengabarkan belum bisa datang. Dia
mau nonton pertandingan terakhir tim
kesayangannya Cordoba melawan Eibar di liga
Spanyol musim ini. Linn yang jengkel banget,
lari serampangan menuju kamarnya sambil
ngomel-ngomel. Karena serampangan, tanpa
sengaja pahanya menyenggol pojokan sofa.
Brukk! Dia jatuh. Jengkelnya pun semakin
berlipat ganda!
Di saat yang sama tapi di tempat berbeda,
Zuck sedang asyik nonton bola. Begitu bola
selesai, bukannya menghubungi Linn, dia malah
lanjut nonton Jodha Akbar, terus sambung ke
King Sulaiman. Akhirnya jam 12.15 Zuck baru
berangkat ngapelin Linn. Tentu saja Linn tidak
terima karena malam minggu sudah ditutup.
Zuck pun pulang lagi tanpa rasa bersalah.
"Kenapa gak mau nemuin aku?" tanya Zuck via
telepon sesampainya di rumah.
"Ini udah jam berapaaa?! Jengkelin banget sih!"
"Iya deh maaf."
"Saking jengkelnya aku sampai jatuh
kesandung pojokan sofa tau gak!"
"Beneran jatuh? Jangan-jangan cuma diving."
"Beneran!!!"
"Yaudah jangan marah-marah dong. Masih
mending kan jatuh kesandung pojokan sofa,
daripada jatuh cinta kepada orang yang salah?"
"Iya! Dan orang yang salah itu kamu!"
"Cowok memang selalu salah ya?"
"Udah tau peraturannya gitu gak mau
disalahin."
"Yaudah ngomongin yang lain aja."
"Emoh. Aku maunya ngomongin kita."
"Kamu udah makan?"
"Udah."
"Kok udah sih? Trus siapa yang ngingetin kamu
makan? Siapa? Muntahin lagi!"
"Kamu lewat pesan facebook."
"Seharian ini aku gak sempat facebookan."
"Aku kan tau password fb kamu, Mas. Jadi aku
masuk, aku nulis pesan trus kirim ke akunku
sendiri 'jangan lupa makan ya, Sayang'"
"Hehe..."
"Makan tuh bola! Makan tuh drama India! Udah
kayak emak-emak aja nontonnya drama."
"Sayang! Kamu boleh ngelarang aku nonton
bola, ngelarang aku make narkoba, tapi jangan
pernah sekali-kali ngelarang aku nonton putri
Hurrem. Camkan itu!"
Linn diam saja males ngomong dan berdebat
lagi.
"Yaudah deh besok sore kita jalan-jalan. Aku
traktir kamu apa aja yang kamu mau," bujuk
Zuck.
"Beneran, Mas?"
"Beneran, Sayang. Mau minta apa aja aku
beliin, yang penting jangan lebih dari duapuluh
ribu."
"Asyik. Awas kalo bohong!"
*****
Minggu sore Zuck dan Linn motor-motoran
keliling komplek naik matic-nya Linn sampai
capek. Kemudian mampir di rumah makan
Padang 'Rindang Raya'.
"Kita pesen makan sepiring berdua aja ya,
Sayang."
"Iya, Mas. Biar romantis."
"Romantis apaan. Ini nih untuk pengiritan,
Sayang," jawab Zuck jujur dan apa adanya.
Sepertinya pelit memang sudah menjadi gaya
hidupnya sehari-hari.
Linn merengut ringan mendengar jawaban
Zuck. "Males ah kalau tujuannya buat
pengiritan. Kirain biar romantis."
"Yaudah, mau makan apa, Sayang?"
"Nasi sama lauknya ayam apa tuh, Mas, yang
bentuknya kayak kentakipretciken," kata Linn.
"Oh itu ayam pop, Sayang."
"Iya ayam pop. Kalau Mas sama ayam rock aja
ya, hihi," canda Linn. Garing.
"Enggak ah. Aku maunya ayam yang lain."
"Ayam apa?"
"Ayam nothing without you."
Wajah Linn merona dan tersenyum malu-malu
kambing mendengar gombalan Zuck yang tak
seberapa itu. Setelah senyum malu-malu
kambingnya selesai, ia mulai menyantap nasi
dan ayam pop pesanannya dengan lahab. Zuck
hanya ngeliatin saja kekasihnya makan sambil
nungguin sisa.
"Gimana ayam pop-nya, Sayang?" tanya Zuck.
"Umm.. Nikmat, Mas. Nikmat bangeeet..."
jelas Linn merem melek saking enaknya.
Zuck melotot. "Segitunya?! Muntahin lagi!
Muntahin lagiii..."
"Apaan lagi sih, Mas?"
"Aku gak suka kamu dapat kenikmatan selain
dari aku. Muntahin lagi!" hardik Zuck yang
mulai terbakar cemburu sama ayam.
Linn gemes banget menghadapi sikap Zuck
yang tingkat posesifnya sudah tidak manusiawi
ini. Pengen rasanya jejelin tulang ayam ke
cangkemnya. "Mas ini maunya apa sih? Dikit-
dikit salah. Dikit-dikit salah! Salah kok dikit-
dikit."
"Gak lucu! Pokoknya aku ga seneng kamu
mendapat kenikmatan selain dari aku!" kata
Zuck kemudian berdiri dan melangkah kasar
keluar rumah makan meninggalkan Linn.
Linn yang sudah kehilangan selera makannya,
kemudian buru-buru menyusul Zuck.
"Maunya apa sih sebenarnya?" desak Linn
sesampainya di parkiran.
"Kalau begini terus aku gak sanggup," dengus
Zuck.
"Begini gimana?"
"Kamu selalu berbuat semaumu sendiri!"
"Kebalik! Justru kamu yang akhir-akhir ini
berbuat seenak udelmu!" Linn juga mulai
emosi.
"Sok tau! Kayak pernah jilat udelku aja!"
"Hueek!"
"Yaudah kita pisahan aja. Kita putus!"
Linn terhenyak menatap Zuck tak percaya. Lalu
menggeleng kuat-kuat. "Nggak mau, Mas.
Nggak mau!"
"Kenapa? Kamu gak sanggup berpisah
denganku kan? Hahaha. Makanya berubah
dong!"
"Aku gak rela kamu mutusin aku. Biar aku aja
yang akan mutusin kamu. Kita putus! Puu...
Tus!" ketus Linn sambil memperagakan
gerakan telapak tangan menyembelih leher
sendiri.
"Eh, gak bisa gitu. Udah duluan aku yang
mutusin kamu!"
"Pokoknya aku yang mutusin kamu! Aku!"
"Terserah! Pulang sana sendiri jalan kaki nggak
usah bonceng aku!" maki Zuck sambil menaiki
motornya.
"Eh setan, itu motor gue! Sini kunci motornya
sini!"
"Oia lupa..."
Lalu Linn menaiki motor matic-nya yang tadi
sempat diduduki Zuck. "Sana kamu pulang
numpang truk batubara. Gak usah bareng gue.
Kita udah putus!"
"Ingat ya, Linn. Suatu saat lu bakal nyesel udah
mutusin gue. Sampai kapanpun lu ga bakalan
dapet cowok yang sepelit gue!"
"Opo yo tak pikir!"
"Ndasmu!"
"It's oke wae, Mas. Aku rapopo," Linn mulai
menstater motor matic-nya.
"Baiklah, Linn. Selamat tinggal. Daa..." kata
Zuck seraya melambaikan tangan.
"Dadaa..." bales Linn sambil melambaikan
dada.
Setelah itu, Linn langsung mengegas motornya
dengan kecepatan 300km/h meninggalkan
sang mantan dengan perasaan remuk redam.
Baru 500 meter, ia menghentikan motornya di
pinggir jalan, kemudian duduk nangis di trotoar.
Ia masih tidak percaya kedekatannya dengan
Zuck yang sudah berlangsung sejak kecil, harus
berakhir gara-gara sepotong ayam pop. "Zuck
sialan. Tega bener mutusin gue.. Huhuuu...."
ratapnya sesenggukan.
Beberapa saat kemudian, seorang pengendara
motor berhenti di dekat Linn. "Mbak kenapa
nangis?"
Linn buru-buru mengusap air matanya.
Kemudian menggeleng lemah. "Saya nggak
nangis kok, Bang. Ini lagi latihan pipis lewat
mata."
Pengendara motor itu pengen ngakak tapi
nggak tega. "Saya cuma mau nanya, Mbak.
Rumah makan Rindang Raya di mana ya?
Katanya sih di sekitar sini?"
"Oh itu di sana, Bang. Udah deket kok. Abang
jalan terus aja lurus. Nah nanti kira-kira 500
meter, ada cowok berdiri di sana sok ganteng
dan nyebelin namanya Zuck, tabrak aja, Bang!"
******
Sejak putus dengan Linn tiga hari silam, hidup
Zuck sekarang menjadi tenang dan sepi. Tapi
ternyata ia tidak bahagia dengan kondisi itu.
Zuck mulai menyadari, meskipun Linn itu
cantik, tapi dia baik, udah gitu lucu. Ia butuh
Linn. Siang malam terasa hampa tanpa adanya
Linn.
Seperti malam ini, padahal jarum jam sudah
berada di angka dua, tapi kangennya tidak bisa
diajak kompromi dengan waktu. Hingga
membuatnya tidak bisa tidur. Akhirnya ia
singkirkan gengsinya, meraih handphone
menghubungi Linn. Beruntung Linn belum tidur
dan ganti nomor.
"Halo, Linn," sapa Zuck.
"Halo juga," jawab Linn lirih.
"Apa kabar? Maaf baru sempat nelpon. Oia,
tiga hari yang lalu kamu udah makan?"
"Embuh," bisik Linn. "Kenapa nelponnya
malam-malam sih?"
"Emm... Nungguin gratisan, hehe."
"Huh. Dasar!" sungut Linn. "Kalo nelpon jam
segini tuh ganggu orang-orang yang udah tidur
tau."
"Yaudah kalo gitu kita ngobrolnya dalam hati
aja gimana?"
"Baiklah..." jawab Linn dalam hati.
"Aku kangen kamu banget," kata Zuck dalam
hati.
"Kan emang disarankan begitu, kalau tidur
sebaiknya tidak usah pake beha demi
kesehatan," jawab Linn masih dalam hati.
"Udah ah, jangan ngobrol dalam hati lagi, gak
nyambung," kata Zuck.
"Haha..." Linn tertawa.
"Aku kangen tawa kamu seperti ini, Sayang."
Linn tertegun. Terdiam beberapa saat
membayangkan wajah Zuck yang nyebelin yang
sudah sekian hari tak dilihatnya. "Kenapa
manggil aku 'Sayang'? Kita kan udah putus?"
"Eh, eh, iya. Duh... Sorry, sorry. Udah terbiasa
sih," suara Zuck terdengar gelagapan salah
tingkah.
"Emang kamu udah bisa move on?"
Linn terdiam lagi. "Gak bisa, Mas."
"Kita balikan?" tawar Zuck langsung.
"Enggak mau."
"Ciee udah dapat pengganti cowok yang lebih
pelit dari aku ya? Selamat deh."
"Enggak! Aku belum bisa move on. Sampai
kapanpun kamu tak akan terganti, Mas. Diganti
dengan uang juga gak bisa..."
"Trus kenapa gak mau balikan?"
"Buang L-nya."
"Emm... Berarti baikan?"
"Iyah."
"Hehe. Baiklah."
"Mas jangan tinggalin aku lagi. Aku butuh
kamu, Mas. Setiap hari Mas harus
nyemangatin aku buat move on. Aku gak bisa
move on sendirian," Linn mulai terisak.
"Iya, Linn, iya. Aku juga gitu. Kita barengan lagi
ya. Kita move on sama-sama."
"Janji ya, Mas?"
"Iya, Sayang."
Linn tersenyum. Zuck juga.
*****

Rabu, 06 Juni 2018

Suatu Ketika Pada Berbuka Puasa


OLEH ARIZUNA ZUKIRAMA
RABU, 15 JULI 2015
"Bangun, Mas..." Linn mengguncang-guncang
tubuh Zuck.
Zuck membuka mata. Diliriknya jam di dinding,
masih seperti kemarin, jam 03.40. Ia segera
bangkit dari tempat tidur, mengambil handuk
dan bersiap ke kamar mandi. Tapi dilihatnya
Linn justru tertidur kembali.
"Duh ini gimana. Kok malah tidur lagi?" Zuck
geleng-geleng tak mengerti. "Bangun, Sayang.
Sahur."
Linn menggeliat manja. "Linn kan nungguin
dibangunin sama Mas."
"Lah bukannya tadi udah bangun duluan?"
"Hooaammm..." Linn menguap lebar. Kelelawar
berterbangan dari dalamnya. Aroma naga
memenuhi seantero kamar. Zuck membekap
mulut dan hidungnya.
Linn bangkit dari tidurnya. Duduk ditepi
ranjang. "Tadi aku bangunin Mas supaya Mas
bangunin aku. Kan biasanya Mas yang
bangunin aku. Yee.. Pura-pura lupa nih..."
"Jiah... Mending kita bertengkar aja yuk.
Nggak usah sahur!"
"Kan? Dikit dikit ngambek. Gak dewasa.
Berubah dong, Mas. Temen-temennya Mas aja
udah pada berubah...
"Kok jadi banding-bandingin gitu?!" penggal
Zuck dengan wajah bete.
Linn tertunduk. "Tapi emang bener kok. Jabon
aja sekarang udah berubah jadi alim. Sudrun
juga udah jadi anggota dewan. Nah Mas..."
Linn mengangkat wajah, menatap sendu
suaminya. "Dari dulu ga pernah berubah, selalu
aja ganteng..."
"Hih! Pagi-pagi..." Zuck mengacak-acak
rambut Linn. "Sebenarnya aku juga heran sih,
Mbal. Biasanya, bayi-bayi itu kalau lahir
langsung nangis ya kan, Beb, kan? Lhah aku
kata Ibuku, begitu dilahirkan langsung ganteng
masa?" jelas Zuck sambil menganggkat bahu.
Linn meletin lidah ke arah Zuck. Zuck ngakak
berderai. Pagi yang dingin. Namun tetap
hangat.
*******
Sorenya. Selepas sholat ashar.
"Kita ndak usah masak ya, Mas. Tadi temen
SD aku nelpon, ngundang kita buka bersama di
restoran Karomah?" kata Linn sambil menyisir
rambutnya di depan meja rias.
"Ga usah aja deh, Sayang. Ga penting juga,"
jawab Zuck singkat.
"Kenapa? Sekalian silaturrahmi lho, Mas."
"Silaturrahminya ntar aja pas lebaran."
Linn diam dengan muka menyungut. Ia terlihat
kecewa atas keputusan Zuck. Sisir
diletakannya dengan gerakan serampangan.
Zuck mendekati Linn. Dipeluk istrinya itu dari
belakang. Terseyum geli melihat wajah istrinya
yang merengut di cermin.
"Merengut aja tetep manis. Gak takut, kalau
ikut buka bersama nanti dimakan sama
mereka? Haha..."
Nggak ngaruh. Linn tetap cemberut di
tempatnya. Zuck melepas pelukannya.
Diambilnya sisir yang tadi dipakai Linn,
kemudian rambut istrinya disisirin hati-hati.
"Aku memang kurang suka acara-acara seperti
itu. Sering gara-gara mengutamakan hal yang
nggak penting, hal yang penting justu
terabaikan. Pernah lho Sayang, aku buka puasa
bareng di sebuah restoran gitu, iuarannya
mahal, menunya enak-enak, pelayannya cantik,
makan sekenyangnya, habis makan masih
ngemil, sambil asik ngobrol-ngobrol, hingga
tau-tau udah adzan isya! Jadinya sholat magrib
terabaikan. Percuma kan puasa kalau seperti
itu? Jadi ga usah aja ya, Beb," jelas Zuck.
"Selain itu aku juga nggak punya duit."
Linn tersenyum kesal. "Dasar. Ngomong nggak
punya duit aja pake muter-muter."
"Mendingan sekarang kita masak aja gimana?
Masak nasi aja. Kan sayur sahurnya masih ada,
tinggal dipanasin."
"Dibantuin kan, Mas?"
"Yaiyalah. Sayang bagian nyuci beras, dibilas
sampai bersih, trus masukin ke mejikom. Aku
bagian nyolokin listriknya."
Linn melirik tajam. "Ntar abis buka puasa
berantem ya. Catet!"
"Haha, yaudah. Sayang masak nasi, aku goreng
telur. Telur mata sapi spesial buat dirimu.
Mau?"
"Hehe.. Mau banget, Mas. Kalau bisa telur
mata sapinya yang tatapannya lembut kayak
tatapanku gini. Trus nggak juling."
Zuck garuk-garuk rambut. Kepalanya tiba-tiba
serasa banyak ketombenya. "Kayaknya
berantem beneran deh nanti ini."
"Haha. Yaudah, aku rikues telur mata hati saja,
Mas."
"Oke sip. Kalau sambil ditemani Sayang gini,
goreng telurnya nanti berbentuk hati."
Acara masak memasak nasipun berlangsung
lama dan gak manusiawi. Kebanyakan
becandanya sih. Sampai-sampai sayur sisa
sahur yang belum diangetin, panas sendiri
menyaksikan kemesraan mereka.
Dan tanpa terasa bedug buka puasa telah
berbunyi.
"Alhamdulillah sudah waktunya berbuka.
Diawali dengan yang manis-manis dulu ya,
Mas," ucap Linn seraya menuangkan es sirup
dan disodorkan segelas untuk suaminya.
"Bukan gitu, Sayang. Yang benar tuh diawali
dengan Bismillah dulu."
"Terserah Masnya aja deh. Cape ngomong
sama tutup limun!"
Zuck menengadahkan kedua tangan, membaca
do'a berbuka puasa. Sementara Linn meng-
Aamiin-kan perlahan.
Dan berdoa selesai. Tapi Zuck tak
menghiraukan es sirup di hadapannya. Ia
malah menatap Linn, wajah istrinya itu
dipandanginya dengan lembut dan cukup lama.
"Apaan sih ih. Norak," ucap Linn menahan
senyum.
Zuck tertawa kecil. Kemudian meraih gelas
sirup dihadapannya dan diteguknya hingga
setengah. Baginya, semanis-manisnya sirup
buka puasa, tak akan bisa menandingi
manisnya wajah Linn. Pret!

Minggu, 27 Mei 2018

Syahdunya pagi pertama

Halo halo. Kembali lagi saya memposting sebuah fiksi kecil-kecilan sebagai bahan bacaan untuk pengunjung setia blog bagus ini,
hehe. Selamat menikmati. Dan jangan lupa bagikan ke teman-teman sosial media teman-
teman semua. Gratis!
Pagi Pertama
Alarm ponsel berdering nyaring, cukup lama sehingga memaksa tidurku terjaga. Mataku perlahan-lahan terbuka, berat rasanya. Tapi
hanya sebentar, karena kemudian mataku langsung segar saat melihat wajah tenang wanita di sebelahku. Dia masih nyenyak dan tak terganggu sedikitpun dengan bunyi alarm tadi.
Tadi malam adalah malam pertama, dan pagi ini adalah pagi pertama aku dan dia resmi hidup berumah tangga. Aku tersenyum
berdebar menikmati wajahnya yang pulas. Dia terlihat lelah, resepsi pernikahan yang meskipun digelar sederhana, tapi cukup menguras energi. Ditambah tadi malam kami
tidur sudah sangat lewat dini hari. Sebenarnya aku tidak tega untuk membangunkannya.
"Sayang..." aku berbisik dekat telinganya, lebih tepatnya di sebelah pipinya. Kuusap pipi itu
lembut dan hati-hati. "Bangun, Sayang. Sebentar lagi waktunya Shubuhan. Aku butuh kamu jadi makmumku, biar sholat kita
berpahala 27 derajat.."
Dia menggeliat manja, membuka mata, sesaat dia tampak terkesiap melihatku seperti melihat orang asing. Pasti kaget dan aneh, malam-malam sebelumnya tidur sendiri, sekarang begitu bangun tau-tau ada yang menemani.
"Mas udah dari tadi bangunnya?" katanya sedikit malu-malu, ketika sudah menyadari posisinya.
"Belum juga, paling baru lima menitan.."
"Tau ga sih Mas, aku merasa semua ini masih seperti mimpi.." katanya sumringah tak terlukiskan, sambil merubah arah baringnya
kepadaku, sehingga aku dan dia berhadap- hadapan.
Aku merapikankan poninya yang acak-acakan.
"Istriku baru bangun saja sudah cantik gini,
gimana nanti kalau sudah mandi ya?"
"Masih pagi, Mas!" dia mencubit pinggangku. "Udah gombal aja.."
Aku nyengir. "Percaya tisak Sayang, kalau setiap manusia itu diciptakan dengan tujuan- tujuan yang telah ditetapkan?"
"Emm... Masa sih Mas?"
"Iya. Misalnya kamu, diciptakan untuk selalu kupuja dan untuk setiap hari kupuji.. Dia tersipu. "Ohyeah? Trus Masnya?"
"Oh... Kalau aku tercipta untuk mencintaimu. Dan bisa kan mengizinkan aku untuk terus
begitu?"
"Prett dah!" dia mengambil bantal dan dipukulkan pelan ke aku.
Aku terlentang, dengan tangan menutupi muka melindungi dari pukulannya.
"Emang kalau tidak ngegombal sejam aja badannya gatel-gatel gitu ya Mas? Dasar ih!" aku dipukul pake bantal lagi.
"Hehe.. Terserah kamu mau menyebut itu gombal. Tapi sebenarnya aku hanya berusaha
merangkai kata, kata yang pas biar kamu senang mendengarnya...
"Oh yeah?"
"Ohyeah oyeah melulu! Sini deh Sayang.." aku menepuk-nepuk dada, mempersilahkan dia berbaring di sana.
Aku membelai-belai rambutnya. Sebentar- sebentar saling memandang. Tak cuma itu,
kami merayakan pagi dengan pelukan, dengan kecupan.
"Kita akan selamanya begini kan Mas? Bukan hanya saat ini ketika kita masih pengantin
baru?" bisiknya bertanya.
"Tentu, kita akan sama-sama saling menjaga dan saling mempertahankan.." jawabku
singkat. "Eh udah yuk mandi, bentar lagi adzan shubuh..
"Mandiin..." dia menjawab manja.
Aku bangkit. Mengambil dua handuk. Satu aku pakai sendiri, satunya lagi kukalungkan di lehernya.
"Iya deh aku mandiin, trus ntar sekalian aku sholatin ya? Hehe.." cibirku sambil lari ke kamar mandi, berharap dia akan segera mengejar.
Tapi ternyata dia hanya berjalan pelan, malah kemudian cuma berdiri mematung.
"Kenapa, Sayang?"
"Entahlah Mas, tiba-tiba aku merasa kuatir,
membayangkan semakin banyaknya rumah tangga gagal di sekitar kita?"
Aku menghela nafas, lalu mendekatinya. Kudorong pelan hingga bersandar di dinding.
Kutatap matanya dalam-dalam, dia tertunduk diam. Dan sebuah kecupan ringan kuhadiahkan
di keningnya.
"Kamu hanya melihat mereka yang gagal, Sayang. Kamu tidak melihat mereka yang berhasil, jumlah mereka lebih banyak.."
Dia termenung.
"Lihat saja Ayah Ibuku, mereka sudah 30 tahun bersama mengarungi rumah tangga yang
bahagia. Dan mereka akan terus bersama, menyaksikan kita membesarkan cucu-cucu
mereka...
"Mas janji akan seperti mereka?"
"Apakah masih kurang sakral janjiku kemarin di
depan penghulu? Aku sudah divonis
menjagamu Sayang, dari hati hingga mati...."
Dia nyengir tidak penting. "Eheheh..
"Ah kamu..." rambutnya kuacak-acak, dan dengan gemas kuangkat tubuhnya kemudian kulempar ke kasur.

Minggu, 01 April 2018

Enaknya dimadu


Enaknya Dimadu Daripada Diracun.
Menurut data, perbandingan cewek dan cowok di
bumi sekarang ini udah 4:1, ditambah populasi
homo yang kian merebak, membuat para wanita
semakin harus bersaing untuk dapetin pria. Mungkin
data tersebutlah, yang menginspirasi banyak pria
untuk berpoligami alias beristri satu sampai empat.
Mungkin lho ya? Ibu-ibu jangan banting piring dulu.
Piiss Bu! Kita seperjuangan. Saya juga ga mau
dimadu kok. Ha!
Padahal waktu gue coba bayang-bayangin, dimadu
seru juga sih sebenernya. Apalagi kalo sampai level
madu 4.
1. Ga repot nyari teman ngerumpi.
Kan biasanya Ibu-ibu suka berkunjung ke rumah
tetangga, ngerumpi bareng ibu-ibu lain, ngomongin
sinetron yang lagi ngehits, atau ngegosipin pejabat: "Ih
itu Joko widodo kok bisa mirip Joko riyanto gitu gimana
ceritanya sih, Jeng?"
Nah kalo hidup dimadu, tentu ga perlu capek-capek
ke rumah tetangga. Iya kalo tetangganya ada.
Cukup di rumah sendiri ngerumpi sama istri kedua
ketiga dan keempat. Mantap!
2. Bisa bagi-bagi tugas.
Seperti peribahasa bilang 'berat sama dipikul ringan
sama dijinjing'. Istri pertama seksi perumahan;
nyapu, ngepel, nyuci mobil. Istri kedua seksi anak-
anak; mandiin, ngantar jemput sekolah. Istri ketiga
seksi konsumsi; ke pasar, masak. Istri keempat
seksi banget; bagian ngurusin suami aja.
3. Rumah jadi ramai.
Meski ikut KB sekalipun, kalo masing-masing istri
cukup dua anak saja, trus dikali 4 istri jadinya
berapa? Bentar ambil kalkulator dulu. Iya delapan!
Wah... Bisa dibayangkan betapa indahnya rumah
kita dengan suara anak-anak, mirip SD jam istirahat.
4. Bisa saling bantu.
Kalo salah satu istri ribut dengan istri tetangga, istri-
istri yang lainnya bisa turun tangan terjun ke medan
juang membela kaumnya. Halah!
5. Jadi punya banyak kampung halaman.
Kalo lagi pulang kampung udah seperti keliling
Indonesia. Misalnya istri pertama berasal dari Aceh
istri kedua dari Irian, istri ketiga dari Jawa barat istri
keempat dari Sunda. Selain itu kalo di rumah, satu
keluarga bisa ngerasain bermacem-macem
masakan; masakan Aceh, masakan Irian, masakan
Sunda, tergantung asal istrinya.
Pokoknya seru badai kerispatih mandraguna
simalakama deh!
Gimana?

Jangan Tunggu Sampai Dilempar Batu.

Jangan Tunggu Sampai Dilempar Batu.
Di sebuah gedung perkantoran mewah 8 tingkat,
terdapat seorang cleaning service muda sebut saja
namanya Sudrun Pattinson. Jenis kelamin laki-laki
dan baru aja sarapan bubur. Umurnya kira-kira 25
tahun. Ia adalah pejabat senior cleaning service di
lantai satu. Sudah cukup lama Sudrun bekerja di
sana kurang lebih 40 tahun. Dalam hati Sudrun
sudah bete banget dengan pekerjaannya tersebut,
dari dulu kariernya segitu-gitu mulu. Ia ingin
jabatannya dinaikkan. Selama ini ia hanya cleaning
service lantai satu. Ia berharap jabatannya bisa naik
menjadi cleaning service lante 2. Pokoknya pengen
jadi atasan. Pengen banget! Sudrun lupa, ia bete
dengan pekerjaannya, sementara di banyak tempat
ribuan orang justru bete karena tak kunjung dapat
kerjaan. Lagipula jadi 'atasan' itu ga enak, digantung
di pasar-pasar, harganya juga paling 20 rebu nego.
Haha.
Suatu pagi, selagi Sudrun terlena menyapu lantai,
bos-nya yang berada di lantai 19 memanggilnya
dengan lembut dan sopan, akan tetapi Sudrun ga
mendengar panggilan tersebut. Dipanggilnya Sudrun
sekali lagi, kali ini dengan teriakan, tapi barangkali
karena berjarak cukup jauh dan keasyikan berkerja,
Sundrun ga mendengar atau entah pura-pura ga
dengar. Lalu atasannya menjatuhkan uang logam ke
hadapan Sudrun. Sudrun memungut koin tersebut,
memasukannya ke saku, lalu meneruskan
pekerjaannya tanpa mau menengok ke atas. Merasa
dikacangin, si bos kemudian menjatuhkan uang
50.000. Mendapat uang sebanyak itu, dengan
girangnya Sudrun mengambil uang tersebut dan
langsung dimasukkan ke kantong, lalu kembali
sibuk berkerja. Sudrun ga mikir dari mana uang itu
berasal. Akhirnya, sang atasan mengambil batu
kecil, dilemparkan kepada Sudrun dan sukses
mengenai kepalanya. Pletak! Begitu bunyinya.
Merasa kesakitan, barulah Sudrun menengok ke
atas.
Udah. Anggap aja lucu.
Cerita tadi memang bukan cerita lucu, itu hanya
semacam ilustrasi, yang jika mau merenungkannya,
bukankah yang seperti itu kerap terjadi pada
kehidupan kita?
Tuhan seringkali menyapa kita dengan lembut, tapi
kita terus saja sibuk dengan urusan-urusan duniawi.
Kita dianugerahi kesehatan, dijatuhi rizeki, diberi
udara gratis, dan berbagai limpahan rahmat lainnya,
tapi kita sering lupa untuk sejenak bersyukur, yang
membuat kita semakin jauh dari-Nya. Nah, di saat
diberi cobaan, di saat merasa kesakitan, barulah
kita ingat dan menengadah ke di atas.
Sungguh, sesungguhnya Tuhan itu sangat mencintai
kita. Cobaan-cobaan kecil yang terjadi pada kita
adalah cara Tuhan agar kita mau sejenak
menengadah ke atas dan ingat kepada-Nya. Oleh
karena itu, mari semakin mendekatkan diri kepada
Tuhan, supaya kita bisa mendengar lembutnya
panggilan-panggilan-Nya. Mari sesering mungkin
mengingat-Nya, sebelum Ia melempar batu kecil
kepada kita. Dan jangan bandel, segeralah perbaiki
diri ketika kita dilempar batu kecil, jangan tunggu
sampai dilempar dengan batu yang lebih besar.
Ga bermaksud menggurui ya. Cerita ini juga
mungkin udah basi, teman-teman mungkin pernah
mendengar dengan versi penyampaian yang
berbeda. Tapi tentu ga ada salahnya untuk saling
mengingatkan, karena manusia adalah tempatnya
salah dan lupa.
# SalamTampan

Pilihlah seseorang

Pilihlah Seseorang...
Yang baik agamanya, karena seseorang yang baik
agamanya, akan memuliakanmu dan akan berpikir
seribu kali sebelum menyakitimu.
Yang ikhlas menerima kesalahan dan mau belajar
dari setiap kesalahan, karena yang seperti itu akan
menjadikanmu kuat dalam menjalani lika-liku
kehidupan.
Pilihlah seseorang...
Yang jujur dari hatinya, bukan yang jujur hanya dari
mulutnya yang berbisa.
Yang bisa merasakan kesedihanmu dibalik
senyumanmu.
Yang mampu memahami pikiranmu disaat kamu
terdiam.
Yang tetap bisa merasakan kasih sayangmu disaat
kemarahanmu.
Terkadang...
Kamu perlu berlari jauh, agar kamu tahu siapa yang
akan datang menyusulmu.
Kamu harus berbicara dengan bisikan, agar kamu
tau siapa yang masih mau mendengarmu.
Kamu butuh melibatkan diri ke dalam sebuah
perbedaan, agar kamu tau siapa yang masih akan
membelamu.
Kamu perlu mencoba mengambil keputusan yang
salah, agar kamu tau siapa yang akan
menunjukkanmu keputusan yang benar.
Kamu harus melepaskan orang yang sangat kamu
cintai, agar kamu tau apakah dia akan kembali setia
di sisimu.
Sesungguhnya...
Ketika kita bersembunyi, hanyalah cara untuk
melihat siapa yang mau berusaha menemukan kita.
Ketika kita berjalan jauh, adalah cara untuk tau
siapa yang masih setia mengikuti kita.
Ketika kita menangis, ialah agar kita tau siapa yang
dengan ikhlas menghapus air mata kita.
Dan...
Dia yang peduli padamu, akan berusaha segala cara
untuk membuat hidupmu berbalut bahagia penuh
senyuman.
Sementara dia yang tidak peduli padamu, akan
mencari-cari alasan, lalu pergi meninggalkanmu
sendirian.
Maka...
Pertahankan dia yang bertahan untukmu.
Lepaskan dia yang tidak pernah menghargaimu.

Bunga

Selainpernah sakit karena jatuh dari pohon kenari,
gue juga pernah merasakan sakit karena jatuh cinta.
Gue ditolak cewek itulah intinya. Sebut saja
namanya Bunga. Itu hanya nama samaran, kayak
korban-korban perkosaan di koran. Sebab kalo gue
tulis nama aslinya Kinyandri Agnesia gitu, gue takut
kena tuntut.
Dia baru sebulan pulang kampung sehabis lulus
kedokteran di Jogjakarta. Dulu kami sekolah di SMA
yang sama. Dia cerdas kayak gue. Kami sering
mengharumkan nama sekolah. Dia sering juara
cerdas cermat, lomba pidato, bulu tangkis, dan
pernah menjadi paskibra tingkat propinsi.
Sementara gue, mengharumkan nama sekolah
dengan nyemprotin parfum ke papan nama sekolah.
Setelah tamat SMA, Bunga melanjutkan pendidikan
ke Indonesia jurusan kedokteran, sementara gue
tetep di Pekanbaru kuliah ambil jurusan sastra
mesin.
Bunga emang cantik, tapi ga malu-maluin buat
digandeng ke mall apalagi ke kondangan sunatan.
Kulitnya putih, rambutnya hitam, lubang hidungnya
dua. Body-nya juga bagus seperti gitar-gitar dari
negara-nya David DeGea. Udah gitu punya bokap
yang tajirnya masuk daftar 547 orang terkaya
sekampung. Sawahnya luas sapinya banyak
mobilnya delapan istrinya dua. Bayangin deh!
Begitu Bunga balik dari Jogja, cowok-cowok
kampung langsung sibuk merenovasi diri buat
modal mendekati Bunga. Pun gue, walo dengan
modal yang ga seberapa pantas untuk dibanggakan,
tetap ga mau kalah. Maju terus pantang malu.
Jaman penjajahan aja, para pahlawan cuma
bermodal bambu yang diruncingin, ga gentar
melawan kompeni yang pake bedil.
Singkat status, setelah pedekate alakadarnya, pada
suatu kesempatan gue nembak Bunga. Simpel aja.
Ga pake pistol, ga pake, cincin, ga pake seiket
kembang, ga didahului pembacaan puisi, ga disiarin
langsung di tipi. Lokasinya pun amat sangat
simpel: di sebelah kandang sapi! Bukan di restoran
mewah bercahayakan lilin kecil apalagi di kapal
pesiar.
"Bunga, IPK kamu berapa deh. Kenapa pinter
banget bikin aku kangen?" gue memulai pembukaan
acara katakan cinta.
Bunga cuma tersenyum. Sambil mengelap keringat
di wajah dan lehernya pake tisu.
"Gemesin leher jenjang kamu, Bunga. Mau ga
kusembelih?"
"Ihh apaan sih! Ya enggaklah!"
"Disembelih ga mau. Mm... Tapi kalo jadi pacarku
mau kan?" Peluru udah ditembakan.
Target tampak melongo dongo. Dalam hati gue
berdoa semoga peluru cinta gue tadi ga salah
sasaran mengenai sapi.
"Aku cinta sama kamu, Bung..
Peluru kedua. Untuk sesaat Bunga tampak
terhenyak. Mulutnya bergerak-gerak seperti mau
ngomong sesuatu tapi sulit untuk diungkapkan.
Mungkin dia syok, seumur hidupnya ga pernah
menyangka bakal ditembak oleh lelaki terganteng di
seantero desa ini.
"Ka... Kamu serius?" Tanya Bunga dengan suara
terbatu-bata.
"Serius..."
"Serius banget apa serius aja?"
"Serius banget!"
"Serius banget nget nget nget?!"
"Iya Bunga. Banget parah sumpah!"
"Baiklah. Kalo emang bener-bener serius. Emm...
kita ke kamar yuk? Kamar aku."
"Hah! Ngapain?!"
"Aku mau tunjukin sesuatu, ihihihi...
Tanpa permisi Bunga langsung meraih tangan gue
dengan mesra. Owh... Indahnya dunia. Rumput-
rumput seakan menjadi bunga. Kandang sapi
bagaikan istana. Bunga menarik tangan gue,
dibawanya pergi menjauh dari istana eh kandang
sapi, menuju rumahnya.
"Kita langsung ke atas ya? Kamarku di lantai 3,"
kata Bunga tersenyum sedikit genit.
"Beneran ke kamar nih?" tanya gue deg-degan. Gue
merasa sebentar lagi keperjakaan gue bakal hilang.
Bunga tersenyum dan terus menggandeng gue naik.
Sampai di lantai 3, Bunga membukakan pintu
kamarnya untuk gue. Kreekk..
"Silahkan masuk... " kata Bunga dengan manisnya.
Suer! Gue masih belum sepenuhnya percaya bisa
berduaan sama Bunga, di kamarnya yang wangi,
dengan ranjang yang bagus bersih dan pasti empuk
itu. Gue cubit-cubitin pipinya Bunga. Dia merasakan
kesakitan. Berarti ini bukan mimpi?
"Emm... Udah di kamar nih, trus..." kata gue malu-
malu kucing garong, makin deg-degan, dalam benak
udah tergambar adegan aril luna maya.
"Zuk, coba kamu ke lemari itu deh bentar..."
"Emang ada apa?" tanya gue sambil melangkah
gagah menuju lemari.
"Jadi gini, di lemari itu kan ada cerminnya ye kan?
Nah, seharusnya sebelum nembak gue, lo tuh
bercermin dulu!! Lo tuh siapa?! Ngaca woey!
NGACA!!" *banting beha*

Hadapi Tahun Politik, ISNU Bojonegoro Diminta Jaga Netralitas

Ngisom, NU Online | Ahad, 01 April 2018 05:00
Bojonegoro, NU Online
Memasuki tahun politik dinamika organisasi tidak
menutup kemungkinan akan terpengaruh, sehingga
sebagai badan otonom (Banom) Nahdlatul Ulama
Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) diminta
berkomitmen menjaga netralitas.
Ketua Pimpinan Cabang (PC) ISNU Bojonegoro, H
Yogi Prana Izza menyampaikan urgensi peran
sarjana dalam sistem demokrasi dan pola pikir
kebangsaan yang harus dikuasai oleh kaum
intelektual Nahdlatul Ulama.
"ISNU secara keorganisasian menjaga netralitas
tidak mendukung salah satu calon dan terlibat
dalam politik praktis," ajaknya saat menjadi
narasumber talkshow demokrasi di MWC NU
Kanor, Bojonegoro Jum'at (30/3).
Talkshow dalam rangkaian konferensi Wakil
Cabang Ke-2 ISNU Kecamatan Kanor, mengusung
tema membangun sistem demokrasi yang
berkharakter dan berbudaya menuju persatuan dan
kemajuan Bangsa. H Yogi yang juga Dosen IAI
Sunan Giri itu juga meminta ISNU tetap ikut
menjaga kelangsungan pesta demokrasi, agar
berjalan lancar dan damai.
Ketua KPU Bojonegoro, Abdim Munib mengajak
untuk bersama ikut mensukseskan pilkada di tahun
politik dengan tetap mengedepankan sikap santun
saling menghormati dan menjunjung tinggi
persatuan," terangnya.
Konferensi untuk memilih ketua ISNU secara resmi
dibuka Wakil Ketua MWCNU Kanor KH Suraya
dihadiri tim PC ISNU Bojonegoro, MWCNU Kanor,
badan otonom NU Se-Kecamatan Kanor, sarjana
sarjana perwakilan Desa Se-Kecamatan Kanor, dan
beberapa undangan lainnya.
Setelah proses dan tahapan konferensi dilakukan
terpilih kembali secara aklamasi, Moch Purwanto
sebagai Ketua PWC ISNU Kanor masa khidmah
2018-2021. ( M Yazid/Muiz )
Sumber:
www.nu.or.id/post/read/88034/hadapi-tahun-politik-isnu-bojonegoro-diminta-jaga-netralitas

www.nu.or.id/post/read/88040/ribuan-nahdliyin-pamekasan-buktikan-cintanya-ke-nu

Ribuan Nahdliyin Pamekasan
Buktikan Cintanya ke NU
Ngisom, NU Online | Ahad, 01 April 2018 11:00
Pamekasan, NU Online
Peringatan Harlah NU oleh MWCNU Pasean
mampu menyedot perhatian ribuan nahdliyin dari
daerah pantai utara (pantura) Kabupaten
Pamekasan, Sabtu (31/3) malam. Mereka
merupakan penduduk pantura yang tersebar di tiga
kecamatan, yakni Batumarmar, Pasean, dan Waru.
Tidak hanya itu, nahdliyin dari daerah lainnya turut
memeriahkan Harlah ke-95 NU, mereka datang
jauh-jauh sebagai penguatan komitmen cinta pada
organisasi.
Kegiatan peringatan harlah ditempatkan di Pondok
Pesantren (PP) Al-Mukarromah, Kowel, Desa Batu
Kerbuy, Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan
dihadiri sejumlah tokoh dan ulama NU se-
Kabupaten Pamekasan.
Pengasuh PP Al-Mukarromah sekaligus penasihat
MWCNU Pasean KH Zainuddin menyampaikan
terima kasih atas kekompakan kaum nahdliyin ,
pengurus MWCNU Pasean, dan panitia yang turut
berperan besar menyukseskan acara tersebut.
"Kegiatan ini merupakan kali pertama diadakan
oleh MWCNU, khususnya di wilayah pantura
Pamekasan," ungkapnya.
Dirinya berharap, acara Harlah NU adalah langkah
awal menuju kemajuan NU di wilayah Pantura
Pamekasan.
Pihaknya mengajak hadirin untuk terus kompak
utamanya dalam menghadiri acara puncak Harlah
NU di Kabupaten Pamekasan pekan depan.
Acara peringatan Harlah ke-95 NU di MWC NU
Paesan merupakan bagian dari rangkaian Harlah
NU ke-95 tingkat kabupaten, puncaknya nanti
dikemas dengan pengajian akbar yang akan
dilaksanakan 7 April 2018 di lapangan Kecamatan
Waru, Pamekasan. (Hairul Anam/Muiz )

Sabtu, 31 Maret 2018

Tips memilih gubernur

Sebentar lagi party ya gaes. Pesta! Pesta demokrasi.
Jangan lupa berikan suara kamu, kalo perlu
mumpung masih ada waktu sekarang les vokal dulu
juga gapapa.
Badewe udah punya pilihan? Kok belum? Kenapa?
Okelah ga usah dijawab kalo keberatan. Langsung
saja, sebagai toko masyarakat, gue akan coba
memberi tips memilih Gubernur.
1. Rencanakan dengan cermat siapa yang akan
kamu pilih besok. Jangan pilih orang yang ga
nyalon. Memilihlah sesuai dengan profinsi kamu. Jangan
ngotot nyoblos Nia Rahmadani kalo kamu berada di
Profinsi Jawa Timur.
2. Datang ke TPS yang telah disediakan, jangan ke
konter ngisi pulsa. Karena untuk mendukung calon gubernur
idolamu, kamu harus mencoblosnya, bukan voting
via SMS. Ini bukan Indonesian Idol.
3. Kalo perlu bawa paku sendiri dari rumah. Siapa
tau paku di TPS udah seken dan karatan bekas
maku kepalanya kuntilanak. Kamu bisa tetanus ntar.
4. Biarpun kamu seorang aktivis fesbuk garis keras,
dalam memilih kamu harus tetap nyoblos, ga boleh
nyolek.
5. Sekarang kan banyak artis yang nyalon gubernur. So,
memilih calon jangan cuma dilihat dari fisiknya.
Yang penting berwibawa, cantik dan body-nya
bagus. Itu.
6. Biarpun ke TPS bareng istri, masuk ke bilik
suaranya jangan berdua, takutnya nanti malah
pengen nyoblos yang lain.
7. Budayakan antri. Pemilihan umum gubernur
emang agak ribet dibanding pemilihan ketua kelas.
Jadi mungkin akan ada yang lama di dalam bilik
suara. Bersabarlah. Ga perlu protes: "Ya Tuhan...
Lama sekali sih kamu di dalam!" Ingat, yang di
dalam bilik suara itu manusia biasa, bukan Tuhan.
8. Senarsis-narsisnya kamu, jangan selfie di dalam
bilik suara beserta gambar calon yang kamu coblos
trus diupload ke sosmed. Jangan! Pemilu itu
rahasia.
9. Setelah dicoblos masukan kertas suara ke dalam
kotak yang telah disediakan. Cukup kertas suara-
nya aja, jangan ditambahin duit, soalnya itu bukan
kotak amal.
10. Terakhir celupkan jari tangan ke tinta sebagai
tanda kamu sudah memilih. Tapi satu jari saja, ga
usah alay 10 jari dimasukin semua. Itu bukan kutek.
Itu aja ya gaes. Semoga ga bermanfaat. Sampai
jumpa di pemilihan Gubernur 5 tahun mendatang.
Kalo kamu punya tips juga jangan disimpen, share
aja di komen.
#SalamTampan | kang joko

Kamis, 29 Maret 2018

Senja di pantai kasih

Pulang kerja aku menjemputnya ke tempatnya
berkerja. Meski berbeda bidang pekerjaan,
sabtu akhir pekan seperti ini kami kerap
pulang bersama. Tidak langsung pulang, kami
biasanya singgah di pantai Kasih dan baru
pulang ke rumah setengah jam sebelum
magrib.
Nama sebenarnya bukan pantai Kasih, tapi
karena kami merasa dunia ini sudah milik
berdua, kami sering sesukanya jika menamai
suatu tempat yang kami sukai.
Tak banyak yang dilakukan di sana. Hanya
duduk menanti senja, makan kuaci, minum es
kelapa muda. Dia bercerita tentang hari-harinya,
aku mendengarnya sesekali ikut bercerita. Lalu
jika senja tiba, kami akan melepas alas kaki,
menggulung celana, lalu berjalan menyusuri
bibir pantai.
"Nanti malam kita kemana ya? Biasanya
malam minggu nonton bola, tapi Liga-liga
belum mulai...
Dia diam, malah asyik bermain-main dengan
ombak. Mengejar ombak yang menjauh, ketika
ombak kembali datang, gantian dia yang
dikejar. Dia akan lari sambil tertawa keras dan
lepas. Aku tersenyum sendiri melihat
tingkahnya itu.
"Kamu bukan ABG lagi, Mas?" katanya sedikit
ngos-ngosan.
"Trus kenapa? Persoalan?"
"Sudah bukan waktunya lagi sibuk mikirin
tujuan malam minggu. Pikirin tuh tujuan hidup.
Pikirin juga masa depanmu.."
Aku tersenyum, menatap matanya yang
menatapku. Mata yang indah. Begitu indah
malah. Sampai sulit aku menilai mana yang
lebih indah, antara matanya dia atau matahari
senja di kaki langit sebelah barat sana.
Kalau itu setiap hari, Sayang. Setiap hari aku
memikirkan masa depanku..."
"Jangan cuma dipikirin, tapi juga harus dikejar!"
suaranya sedikit tegas, sambil tangannya sibuk
menyingkirkan beberapa helai rambutnya yang
tergerai menutupi wajah karena tertiup angin
pantai.
Aku membantunya, menyingkirkan rambut dari
wajahnya. Rambutnya yang lurus hitam bagus
dan lembut itu memang mudah dikibarkan
angin.
"Ngapain juga masa depan dikejar..." jawabku
kemudian.
"Kok ngapain?" dia melotot sedikit tidak
terima.
"Lhah ngapain dikejar?" kataku agak berbisik.
Bola matanya kutatap dalam-dalam. "Masa
depanku kan sudah ada di depanku
sekarang..."
"Gombaaaallll!" serunya sambil berusaha
meninju lenganku. Aku lari menghindar. Dia
mengejar. Aku berhenti. Menunggunya.
"Dasar kuman karpet..." katanya cemberut
setelah berhasil menyusulku. Lenganku
kembali ditinjunya pelan. Tapi kali ini aku
pasrah saja.
"Kalau bener aku masa depannya Mas, buktiin
dong!" cibirnya.
"Boleh. Caranya?"
Dia tampak memikirkan sesuatu. Lalu
memandangku tajam. "Lamar aku!"
"Hah?!" aku tercekat dan langsung terdiam.
"Kita bersama sudah dari 2016, 2017 dan
sekarang 2018. Lalu sampai duaribu berapa
lagi kita akan gini-gini terus?!"
Aku semakin terdiam.
"Emangnya Mas nggak malu sama keong
racun?" dia bertanya.
"Malu kenapa? Kenal aja enggak!"
"Gini deh, Mas. Tak kasih tau ya. Keong racun
itu, baru kenal udah ngajak tidur. Nah Mas-
nya, udah 3 tahun kenal, ngelamar aja ga
berani!"
Jleb! Rasanya kayak terhempas dan nyungsep
ke dalam pasir! Dalem banget ini. Dalem!
Seorang Trisno yang keren keparat ini ternyata
derajatnya masih di bawah keong racun!
"Diem aja sih, Mas?"
"Baiklah, aku akan lamar kamu..." kataku tanpa
pikir panjang.
Dia kembali menatapku, kali ini dengan sorot
lembut dan cukup lama. Aku tau, dia sedang
mencari keseriusan atas pernyataanku barusan.
Aku berpaling. Tidak kuat walau untuk sedetik
lagi. Tatapan seperti itu selalu meluluhkan
hatiku setiap dia meminta sesuatu. Dan
sepertinya dia sudah hapal dengan
kelemahanku satu ini.
"Udahlah, Sayang, biasa aja natapnya. Ini
serius, aku akan melamarmu...
"Kapan?" tanyanya semangat.
"Sore ini juga! Ayo pulang. Kita temuin orang
tuamu..." kuraih tangannya untuk kugandeng
pulang.
"Hah?! Sore ini juga."
"Yo'i..."
Gantian dia yang terkejut dan terdiam. Ehmm.
*****

Rabu, 28 Maret 2018

Someting to share


Ada seorang gadis menyewa rumah di
pinggiran kota. Di sebelahnya, ada rumah
sepasang suami istri dengan seorang anak
perempuan berumur sekitar 5 tahun. Di mata
gadis itu, keluarga tersebut kehidupannya
begitu miskin, terlihat dari pakaian yang
mereka kenakan sudah usang termakan waktu.
Malam pertama si gadis menempati rumah itu,
lampu tiba-tiba mati. Dengan bantuan cahaya
handphone ia ke dapur mau mencari lilin. Tiba-
tiba ada yang mengetuk pintu, ternyata anak
miskin sebelah rumah.
Dari balik pintu, anak itu bertanya dengan risau,
"Kakak ada lilin tidak?"
Gadis itu berpikir, baru aja datang udah mau
diminta-minta. Jangan dikasih, nanti jadi
kebiasaan! Maka si gadis berteriak, "Tidak
ada, Dek! Maaf."
Ketika itulah si anak miskin berkata riang,
"Kakak baru pindah sih. Saya sudah menduga
Kakak tidak punya lilin. Ini ada dua lilin saya
bawakan untuk Kakak. Kami kuatir karena
kakak tinggal sendirian dan tidak ada lilin."
Seketika, si gadis merasa begitu bersalah.
Dalam linangan airmata, dia membuka pintu
lalu memeluk anak kecil itu erat-erat.
Pesan Moral: Janganlah mudah berprasangka
dengan penampilan luar seseorang.
Not he who has much is rich, but he who gives
much. Orang kaya yang sebenarnya bukanlah
mereka yang kaya atau memiliki banyak harta
benda. Orang yang kaya yang sejati adalah
mereka yang bisa memberi banyak ke
sekitarnya.

Bos kecil

Hati-hati, Hati

Ketika kamu memancing ikan..
Setelah seekor ikan melekat di mata kail..
Kamu harus mengambil ikan itu..
Jangan begitu saja kamu lepaskan lagi ke air..
Karena ia akan sakit oleh bekas ketajaman
mata kail..
Dan mungkin saja ia akan menderita selama
hidupnya..
Pun kamu..
Ketika berani mengatakan cinta kepada
seseorang..
Setelah memberi banyak harapan padanya..
Setelah ia mulai menyayangimu..
Kamu harus menjaga hatinya..
Jangan meninggalkannya begitu saja..
Karena dia akan terluka oleh kenangan
bersamamu..
Dan mungkin saja ia tak akan bisa
melupakanmu selama hidupnya..
Jika kamu memiliki lukisan cantik..
Anggaplah ia sekedar perhiasan biasa..
Jangan terlalu memuja keindahannya..
Kalau kamu menganggapnya yang terbaik
tanpa cela..
Maka suatu saat kamu menemukan satu
bagian saja yang rusak..
Kamu sulit untuk menerimanya..
Akhirnya ia dibuang..
Padahal jika kamu coba memperbaikinya,
mungkin lukisan itu masih bisa digunakan
lagi..
Begitu juga jika kamu mengenal seseorang..
Anggaplah dia manusia biasa..
Terimalah apa adanya..
Jangan terlalu mengaguminya..
Jika kamu menganggapnya yang paling
sempurna dan istimewa..
Maka, ketika dia sekali saja melakukan
kesalahan..
Kamu tak bisa terima..
Kamu kecewa dan meninggalkannya..
Padahal jika kamu memaafkan..
Mungkin saja hubunganmu akan terus hingga
ke jenjang yang lebih membahagiakan..
Jika kamu sudah memiliki sepiring nasi..
Yang baik untuk dirimu..
Berkhasiat..
Mengenyangkan..
Janganlah kamu sia-siakan..
Mencoba mencari makanan yang lain..
Terlalu ingin mengejar kelezatan..
Suatu saat, nasi itu akan basi dan kamu tidak
bisa lagi memakannya..
Kamu akan menyesal.
Begitu juga jika kamu telah bertemu
seseorang..
Yang bisa membawa kebaikan pada dirimu..
Menyayangimu..
Mengasihimu..
Mengapa kamu sia-siakan..
Lalu coba membandingkan dengan yang lain..
Terlalu sibuk mengejar kesempurnaan..
Suatu saat, kamu akan kehilangannya ketika
dia sudah menjadi milik orang lain..
Kamu juga akan menyesal..