OLEH ARIZUNA ZUKIRAMA
SELASA, 26 MEI 2015
Cerita lucu Sejoli Salah Gaul Zuck dan Linn
seperti ini dulunya lumayan sering aku tulis di
facebook. Tapi entah sekarang-sekarang ini
facebook semakin tidak asyik, suka
menghilangkan postingan-postingan para
penggunanya. Jangankan postingan lama,
status bulan-bulan yang lalu aja banyak yang
sudah tidak terdeteksi di wall. Agak kesel juga
sih, apalagi kalau status yang hilang itu punya
arti tersendiri dan pengen dibaca kapan-kapan
lagi. Makanya sekarang aku lebih memilih
menuliskannya di blog yang pengarsipannya
jauh lebih baik.
Setelah dua bulan lalu menulis Cerpen Lucu:
Kencan Kacau yang ternyata menjadi postingan
paling populer di blog ini, kali ini aku mencoba
membuat tulisan bergenre sama. Tapi ini
bukan cerpen. Ini hanya cerita ringan-ringan
saja. Happy Reading.
Ketika Zuck Linn Putus
Akhir-akhir ini mereka sudah tidak seperti
Romeo dan Juliet lagi. Lebih seperti Tom dan
Jerry. Bentar-bentar tengkar. Zuck yang
semakin posesif. Dan Linn yang jarang mau
mengalah. Zuck yang sibuk dengan
keinginannya sendiri, dan Linn yang mulai
capek dengan semua sikap Zuck.
Seperti malam minggu lalu. Di saat hati Linn
yang sudah berbintang-bintang menanti
dimalamingguin Zuck, seketika berubah
menjadi kelabu ketika di detik-detik terakhir
Zuck mengabarkan belum bisa datang. Dia
mau nonton pertandingan terakhir tim
kesayangannya Cordoba melawan Eibar di liga
Spanyol musim ini. Linn yang jengkel banget,
lari serampangan menuju kamarnya sambil
ngomel-ngomel. Karena serampangan, tanpa
sengaja pahanya menyenggol pojokan sofa.
Brukk! Dia jatuh. Jengkelnya pun semakin
berlipat ganda!
Di saat yang sama tapi di tempat berbeda,
Zuck sedang asyik nonton bola. Begitu bola
selesai, bukannya menghubungi Linn, dia malah
lanjut nonton Jodha Akbar, terus sambung ke
King Sulaiman. Akhirnya jam 12.15 Zuck baru
berangkat ngapelin Linn. Tentu saja Linn tidak
terima karena malam minggu sudah ditutup.
Zuck pun pulang lagi tanpa rasa bersalah.
"Kenapa gak mau nemuin aku?" tanya Zuck via
telepon sesampainya di rumah.
"Ini udah jam berapaaa?! Jengkelin banget sih!"
"Iya deh maaf."
"Saking jengkelnya aku sampai jatuh
kesandung pojokan sofa tau gak!"
"Beneran jatuh? Jangan-jangan cuma diving."
"Beneran!!!"
"Yaudah jangan marah-marah dong. Masih
mending kan jatuh kesandung pojokan sofa,
daripada jatuh cinta kepada orang yang salah?"
"Iya! Dan orang yang salah itu kamu!"
"Cowok memang selalu salah ya?"
"Udah tau peraturannya gitu gak mau
disalahin."
"Yaudah ngomongin yang lain aja."
"Emoh. Aku maunya ngomongin kita."
"Kamu udah makan?"
"Udah."
"Kok udah sih? Trus siapa yang ngingetin kamu
makan? Siapa? Muntahin lagi!"
"Kamu lewat pesan facebook."
"Seharian ini aku gak sempat facebookan."
"Aku kan tau password fb kamu, Mas. Jadi aku
masuk, aku nulis pesan trus kirim ke akunku
sendiri 'jangan lupa makan ya, Sayang'"
"Hehe..."
"Makan tuh bola! Makan tuh drama India! Udah
kayak emak-emak aja nontonnya drama."
"Sayang! Kamu boleh ngelarang aku nonton
bola, ngelarang aku make narkoba, tapi jangan
pernah sekali-kali ngelarang aku nonton putri
Hurrem. Camkan itu!"
Linn diam saja males ngomong dan berdebat
lagi.
"Yaudah deh besok sore kita jalan-jalan. Aku
traktir kamu apa aja yang kamu mau," bujuk
Zuck.
"Beneran, Mas?"
"Beneran, Sayang. Mau minta apa aja aku
beliin, yang penting jangan lebih dari duapuluh
ribu."
"Asyik. Awas kalo bohong!"
*****
Minggu sore Zuck dan Linn motor-motoran
keliling komplek naik matic-nya Linn sampai
capek. Kemudian mampir di rumah makan
Padang 'Rindang Raya'.
"Kita pesen makan sepiring berdua aja ya,
Sayang."
"Iya, Mas. Biar romantis."
"Romantis apaan. Ini nih untuk pengiritan,
Sayang," jawab Zuck jujur dan apa adanya.
Sepertinya pelit memang sudah menjadi gaya
hidupnya sehari-hari.
Linn merengut ringan mendengar jawaban
Zuck. "Males ah kalau tujuannya buat
pengiritan. Kirain biar romantis."
"Yaudah, mau makan apa, Sayang?"
"Nasi sama lauknya ayam apa tuh, Mas, yang
bentuknya kayak kentakipretciken," kata Linn.
"Oh itu ayam pop, Sayang."
"Iya ayam pop. Kalau Mas sama ayam rock aja
ya, hihi," canda Linn. Garing.
"Enggak ah. Aku maunya ayam yang lain."
"Ayam apa?"
"Ayam nothing without you."
Wajah Linn merona dan tersenyum malu-malu
kambing mendengar gombalan Zuck yang tak
seberapa itu. Setelah senyum malu-malu
kambingnya selesai, ia mulai menyantap nasi
dan ayam pop pesanannya dengan lahab. Zuck
hanya ngeliatin saja kekasihnya makan sambil
nungguin sisa.
"Gimana ayam pop-nya, Sayang?" tanya Zuck.
"Umm.. Nikmat, Mas. Nikmat bangeeet..."
jelas Linn merem melek saking enaknya.
Zuck melotot. "Segitunya?! Muntahin lagi!
Muntahin lagiii..."
"Apaan lagi sih, Mas?"
"Aku gak suka kamu dapat kenikmatan selain
dari aku. Muntahin lagi!" hardik Zuck yang
mulai terbakar cemburu sama ayam.
Linn gemes banget menghadapi sikap Zuck
yang tingkat posesifnya sudah tidak manusiawi
ini. Pengen rasanya jejelin tulang ayam ke
cangkemnya. "Mas ini maunya apa sih? Dikit-
dikit salah. Dikit-dikit salah! Salah kok dikit-
dikit."
"Gak lucu! Pokoknya aku ga seneng kamu
mendapat kenikmatan selain dari aku!" kata
Zuck kemudian berdiri dan melangkah kasar
keluar rumah makan meninggalkan Linn.
Linn yang sudah kehilangan selera makannya,
kemudian buru-buru menyusul Zuck.
"Maunya apa sih sebenarnya?" desak Linn
sesampainya di parkiran.
"Kalau begini terus aku gak sanggup," dengus
Zuck.
"Begini gimana?"
"Kamu selalu berbuat semaumu sendiri!"
"Kebalik! Justru kamu yang akhir-akhir ini
berbuat seenak udelmu!" Linn juga mulai
emosi.
"Sok tau! Kayak pernah jilat udelku aja!"
"Hueek!"
"Yaudah kita pisahan aja. Kita putus!"
Linn terhenyak menatap Zuck tak percaya. Lalu
menggeleng kuat-kuat. "Nggak mau, Mas.
Nggak mau!"
"Kenapa? Kamu gak sanggup berpisah
denganku kan? Hahaha. Makanya berubah
dong!"
"Aku gak rela kamu mutusin aku. Biar aku aja
yang akan mutusin kamu. Kita putus! Puu...
Tus!" ketus Linn sambil memperagakan
gerakan telapak tangan menyembelih leher
sendiri.
"Eh, gak bisa gitu. Udah duluan aku yang
mutusin kamu!"
"Pokoknya aku yang mutusin kamu! Aku!"
"Terserah! Pulang sana sendiri jalan kaki nggak
usah bonceng aku!" maki Zuck sambil menaiki
motornya.
"Eh setan, itu motor gue! Sini kunci motornya
sini!"
"Oia lupa..."
Lalu Linn menaiki motor matic-nya yang tadi
sempat diduduki Zuck. "Sana kamu pulang
numpang truk batubara. Gak usah bareng gue.
Kita udah putus!"
"Ingat ya, Linn. Suatu saat lu bakal nyesel udah
mutusin gue. Sampai kapanpun lu ga bakalan
dapet cowok yang sepelit gue!"
"Opo yo tak pikir!"
"Ndasmu!"
"It's oke wae, Mas. Aku rapopo," Linn mulai
menstater motor matic-nya.
"Baiklah, Linn. Selamat tinggal. Daa..." kata
Zuck seraya melambaikan tangan.
"Dadaa..." bales Linn sambil melambaikan
dada.
Setelah itu, Linn langsung mengegas motornya
dengan kecepatan 300km/h meninggalkan
sang mantan dengan perasaan remuk redam.
Baru 500 meter, ia menghentikan motornya di
pinggir jalan, kemudian duduk nangis di trotoar.
Ia masih tidak percaya kedekatannya dengan
Zuck yang sudah berlangsung sejak kecil, harus
berakhir gara-gara sepotong ayam pop. "Zuck
sialan. Tega bener mutusin gue.. Huhuuu...."
ratapnya sesenggukan.
Beberapa saat kemudian, seorang pengendara
motor berhenti di dekat Linn. "Mbak kenapa
nangis?"
Linn buru-buru mengusap air matanya.
Kemudian menggeleng lemah. "Saya nggak
nangis kok, Bang. Ini lagi latihan pipis lewat
mata."
Pengendara motor itu pengen ngakak tapi
nggak tega. "Saya cuma mau nanya, Mbak.
Rumah makan Rindang Raya di mana ya?
Katanya sih di sekitar sini?"
"Oh itu di sana, Bang. Udah deket kok. Abang
jalan terus aja lurus. Nah nanti kira-kira 500
meter, ada cowok berdiri di sana sok ganteng
dan nyebelin namanya Zuck, tabrak aja, Bang!"
******
Sejak putus dengan Linn tiga hari silam, hidup
Zuck sekarang menjadi tenang dan sepi. Tapi
ternyata ia tidak bahagia dengan kondisi itu.
Zuck mulai menyadari, meskipun Linn itu
cantik, tapi dia baik, udah gitu lucu. Ia butuh
Linn. Siang malam terasa hampa tanpa adanya
Linn.
Seperti malam ini, padahal jarum jam sudah
berada di angka dua, tapi kangennya tidak bisa
diajak kompromi dengan waktu. Hingga
membuatnya tidak bisa tidur. Akhirnya ia
singkirkan gengsinya, meraih handphone
menghubungi Linn. Beruntung Linn belum tidur
dan ganti nomor.
"Halo, Linn," sapa Zuck.
"Halo juga," jawab Linn lirih.
"Apa kabar? Maaf baru sempat nelpon. Oia,
tiga hari yang lalu kamu udah makan?"
"Embuh," bisik Linn. "Kenapa nelponnya
malam-malam sih?"
"Emm... Nungguin gratisan, hehe."
"Huh. Dasar!" sungut Linn. "Kalo nelpon jam
segini tuh ganggu orang-orang yang udah tidur
tau."
"Yaudah kalo gitu kita ngobrolnya dalam hati
aja gimana?"
"Baiklah..." jawab Linn dalam hati.
"Aku kangen kamu banget," kata Zuck dalam
hati.
"Kan emang disarankan begitu, kalau tidur
sebaiknya tidak usah pake beha demi
kesehatan," jawab Linn masih dalam hati.
"Udah ah, jangan ngobrol dalam hati lagi, gak
nyambung," kata Zuck.
"Haha..." Linn tertawa.
"Aku kangen tawa kamu seperti ini, Sayang."
Linn tertegun. Terdiam beberapa saat
membayangkan wajah Zuck yang nyebelin yang
sudah sekian hari tak dilihatnya. "Kenapa
manggil aku 'Sayang'? Kita kan udah putus?"
"Eh, eh, iya. Duh... Sorry, sorry. Udah terbiasa
sih," suara Zuck terdengar gelagapan salah
tingkah.
"Emang kamu udah bisa move on?"
Linn terdiam lagi. "Gak bisa, Mas."
"Kita balikan?" tawar Zuck langsung.
"Enggak mau."
"Ciee udah dapat pengganti cowok yang lebih
pelit dari aku ya? Selamat deh."
"Enggak! Aku belum bisa move on. Sampai
kapanpun kamu tak akan terganti, Mas. Diganti
dengan uang juga gak bisa..."
"Trus kenapa gak mau balikan?"
"Buang L-nya."
"Emm... Berarti baikan?"
"Iyah."
"Hehe. Baiklah."
"Mas jangan tinggalin aku lagi. Aku butuh
kamu, Mas. Setiap hari Mas harus
nyemangatin aku buat move on. Aku gak bisa
move on sendirian," Linn mulai terisak.
"Iya, Linn, iya. Aku juga gitu. Kita barengan lagi
ya. Kita move on sama-sama."
"Janji ya, Mas?"
"Iya, Sayang."
Linn tersenyum. Zuck juga.
*****
Minggu, 10 Juni 2018
Cerita Lucu Romantis: Ketika Zuck Linn Putus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar