Minggu, 01 April 2018

Bunga

Selainpernah sakit karena jatuh dari pohon kenari,
gue juga pernah merasakan sakit karena jatuh cinta.
Gue ditolak cewek itulah intinya. Sebut saja
namanya Bunga. Itu hanya nama samaran, kayak
korban-korban perkosaan di koran. Sebab kalo gue
tulis nama aslinya Kinyandri Agnesia gitu, gue takut
kena tuntut.
Dia baru sebulan pulang kampung sehabis lulus
kedokteran di Jogjakarta. Dulu kami sekolah di SMA
yang sama. Dia cerdas kayak gue. Kami sering
mengharumkan nama sekolah. Dia sering juara
cerdas cermat, lomba pidato, bulu tangkis, dan
pernah menjadi paskibra tingkat propinsi.
Sementara gue, mengharumkan nama sekolah
dengan nyemprotin parfum ke papan nama sekolah.
Setelah tamat SMA, Bunga melanjutkan pendidikan
ke Indonesia jurusan kedokteran, sementara gue
tetep di Pekanbaru kuliah ambil jurusan sastra
mesin.
Bunga emang cantik, tapi ga malu-maluin buat
digandeng ke mall apalagi ke kondangan sunatan.
Kulitnya putih, rambutnya hitam, lubang hidungnya
dua. Body-nya juga bagus seperti gitar-gitar dari
negara-nya David DeGea. Udah gitu punya bokap
yang tajirnya masuk daftar 547 orang terkaya
sekampung. Sawahnya luas sapinya banyak
mobilnya delapan istrinya dua. Bayangin deh!
Begitu Bunga balik dari Jogja, cowok-cowok
kampung langsung sibuk merenovasi diri buat
modal mendekati Bunga. Pun gue, walo dengan
modal yang ga seberapa pantas untuk dibanggakan,
tetap ga mau kalah. Maju terus pantang malu.
Jaman penjajahan aja, para pahlawan cuma
bermodal bambu yang diruncingin, ga gentar
melawan kompeni yang pake bedil.
Singkat status, setelah pedekate alakadarnya, pada
suatu kesempatan gue nembak Bunga. Simpel aja.
Ga pake pistol, ga pake, cincin, ga pake seiket
kembang, ga didahului pembacaan puisi, ga disiarin
langsung di tipi. Lokasinya pun amat sangat
simpel: di sebelah kandang sapi! Bukan di restoran
mewah bercahayakan lilin kecil apalagi di kapal
pesiar.
"Bunga, IPK kamu berapa deh. Kenapa pinter
banget bikin aku kangen?" gue memulai pembukaan
acara katakan cinta.
Bunga cuma tersenyum. Sambil mengelap keringat
di wajah dan lehernya pake tisu.
"Gemesin leher jenjang kamu, Bunga. Mau ga
kusembelih?"
"Ihh apaan sih! Ya enggaklah!"
"Disembelih ga mau. Mm... Tapi kalo jadi pacarku
mau kan?" Peluru udah ditembakan.
Target tampak melongo dongo. Dalam hati gue
berdoa semoga peluru cinta gue tadi ga salah
sasaran mengenai sapi.
"Aku cinta sama kamu, Bung..
Peluru kedua. Untuk sesaat Bunga tampak
terhenyak. Mulutnya bergerak-gerak seperti mau
ngomong sesuatu tapi sulit untuk diungkapkan.
Mungkin dia syok, seumur hidupnya ga pernah
menyangka bakal ditembak oleh lelaki terganteng di
seantero desa ini.
"Ka... Kamu serius?" Tanya Bunga dengan suara
terbatu-bata.
"Serius..."
"Serius banget apa serius aja?"
"Serius banget!"
"Serius banget nget nget nget?!"
"Iya Bunga. Banget parah sumpah!"
"Baiklah. Kalo emang bener-bener serius. Emm...
kita ke kamar yuk? Kamar aku."
"Hah! Ngapain?!"
"Aku mau tunjukin sesuatu, ihihihi...
Tanpa permisi Bunga langsung meraih tangan gue
dengan mesra. Owh... Indahnya dunia. Rumput-
rumput seakan menjadi bunga. Kandang sapi
bagaikan istana. Bunga menarik tangan gue,
dibawanya pergi menjauh dari istana eh kandang
sapi, menuju rumahnya.
"Kita langsung ke atas ya? Kamarku di lantai 3,"
kata Bunga tersenyum sedikit genit.
"Beneran ke kamar nih?" tanya gue deg-degan. Gue
merasa sebentar lagi keperjakaan gue bakal hilang.
Bunga tersenyum dan terus menggandeng gue naik.
Sampai di lantai 3, Bunga membukakan pintu
kamarnya untuk gue. Kreekk..
"Silahkan masuk... " kata Bunga dengan manisnya.
Suer! Gue masih belum sepenuhnya percaya bisa
berduaan sama Bunga, di kamarnya yang wangi,
dengan ranjang yang bagus bersih dan pasti empuk
itu. Gue cubit-cubitin pipinya Bunga. Dia merasakan
kesakitan. Berarti ini bukan mimpi?
"Emm... Udah di kamar nih, trus..." kata gue malu-
malu kucing garong, makin deg-degan, dalam benak
udah tergambar adegan aril luna maya.
"Zuk, coba kamu ke lemari itu deh bentar..."
"Emang ada apa?" tanya gue sambil melangkah
gagah menuju lemari.
"Jadi gini, di lemari itu kan ada cerminnya ye kan?
Nah, seharusnya sebelum nembak gue, lo tuh
bercermin dulu!! Lo tuh siapa?! Ngaca woey!
NGACA!!" *banting beha*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar