Sabtu, 13 Juli 2019

Renungan petang

Rezeki untuk semua manusia di dunia bahkan semua makhluk sudah dijamin oleh Alloh SWT.
Sebagaimana firman Alloh SWT:
“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Alloh rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (QS. Hud 11: Ayat 6).

Imam Syafii ra berkata:
Rizkimu dari Alloh tidak akan berkurang karena keterlambatan mu dalam berusaha. Dan rizkimu tdk akan bertambah karena kamu makin giat dalam berusaha.

Rosululloh SAW bersabda:
Rizki itu telah ditentukan pembagiannya. Rizki pasti akan mencari hamba pemiliknya. Sebagaima ajal seorang hamba mencari hamba tersebut. Untuk kehidupan akhirat tidak ada jaminan keselamatan untuk siapapun. Bahkan Tidak seorangpun
yg mampu menjadikan dirinya mati dalam keadaan Husnul Khotimah. Namun Alloh memberi jalan untuk itu. Yaitu dengan menjadikan diri kita setiap waktu nya dalam keadaan yang andai kata nyawa kita itu dicabut adalah posisi mati Husnul Khotimah sesuai dambaan kita semua.

Perlu diingat Yg akan mati Husnul Khotimah hanyalah mereka yg mendapatkan rahmat Alloh. Tentu yg dapat jaminan rahmat Alloh hanyalah orang yang niatnya baik dan ikhlas dalam berbuat baik.
Alloh SWT berfirman:
Sesungguhnya rahmat Alloh sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”
(QS. Al-A’raf 7: 56)

Sabda Rasululloh.SAW:
“Orang yang sempurna akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersedia beramal sebagai bekal setelah mati. Dan orang yang rendah akalnya adalah yang selalu mengikuti keinginan hawa nafsunya. Disamping itu, ia mengharapkan berbagai
angan-angan kepada Alloh.”
(HR. Tirmidzi).

Seseorang berkata kepada Sayyiduna Sofyan Ats-Tsauri Ra Wasiatkan-lah kepada-ku. Maka beliau berkata Bekerja-lah untuk dunia sesuai ukuran tinggal-mu di atas dunia. Berbuatlah untuk akhiratmu sesuai ukuran lama-mu tinggal di akhirat.

Ya Alloh golongkanlah kami dalam kelompok orang2 yang sempurna akalnya dan berikanlah pd kami kemampuan untuk beramal dgn segala ragam amal soleh dgn niat yang ikhlas. Dan wafatkanlah kami sebagai orang2 yg berbuat baik hingga bisa memperoleh rahmat Mu dan masuk surga berkat syafaat Nabi kekasih Mu Saiyiduna Muhammad. SAW.
Amin...

Rabu, 13 Juni 2018

Teks Pambiworo (pembawa acara) Ngunduh manten

ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﺮَﻛَﺎﺗُﻪُ
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩُ،
ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ
ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ
ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ َ،ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ
ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ، ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ
ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ. ، ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ؛
✔Dumateng poro pepunden, sesepuh pinisepuh ingkang hanggung hamastuti dumateng pepeoyaning kautaman ingkang pantes nampi pakurmatan.
✔Kunjuk panjenenganipun poro alim para –para ulama, bopo haji saha ibu hajah poro santriwan santriwati ingkang rinten dalu tansah sumanding kitap suci wahyuning ilahi, pinangka panuntun kiblating panembah ingkang satuhu luhuing budi.
✔Kunjuk panjenenganipun Poro pangenban pangembating projo satrianing nagari ingkang minangka pandam-pandoming kawulo dasih.
✔Nuwun inggih para brayat ageng
barayo wiro wiyoto wiro tamtomo
purno karyo labet projo ingkang
sampun wenang nampi wahyuning
kasutapan ingkang satuhu bagyo
mulyo.
✔Poro sedyo werdo carono madyo
tamu kakung miwah putri ingkang
satuhu bagyo mulyo.
✔Mboten katalumpen kadang kulo
werdo mudo taruna mudi taruni
ingkang minangko sekaring projo
ingkang tansah kawulo tresnani.

*Mrandopo awit keparengipun ingkang hamengku gati nuwun inggih panjenenagipun Bp ……(yang punya hajat)… kulo ingkang ingkang
kapitedan hambuko wiwaraning suko dwaraning kondo, jejereng pambiawara punapa dene pranata adicara hangaturaken rantamaning tumapaking titi laksito adicora,
ingkang sampun rinancang dening kadang kulo wongso engkang tertamtu  kaeneraken wonten ing pahargyan agung prastowo ri kalenggahan punikoo.
Kanthi raos panelongso panjenenganipun Bp kulo ingkang hamengku gati nuwun inggih
Bp ……(nama yang punya hajat)… nyuwun dhumateng ngersaning para tamu sutrisno mugi anggenipun ngentas pitulus putrinipun nuwun inggih nimas dyah kusumaning ayu
Rr …..(nama pengantin putri)…… ingkang badhe kadaupaken kaliyan Bagus… (nama pengantin putra)… atmajo panjenenganipun Bp ….(nama orang tua dari pihak besan)… ingkan g pidalem wonten ing …..(alamat)…. Mugi anggenipun
netepi dharmaning asepuh hamiwowo suto mahargya siwi tansah kali s ing rubedo nir ing
sambikolo soho tinebehno saking siku dendaning Gusti ingkang maha Kuasa.
Sang yaning poro tamu kakung miwah putri ingkang dhahat pinundhi-pundhi. Kaparengo
kulo sumawelo atur saho ngigeg anggen panjenengan wawan pangandikan saho imbal
wacono ingkang saperlu badhe hangaturaken urut reroncening adicoro wonten pahargyan
agung prastowo punika.
Bilih adicaro ingkang angka:
1. Binuko pahargyan agung prastowo
2. Sowanipun temanten putri mijil saking tepas wangi manjing ing madyaning sasono rinenggo
3. Atur pambagyo harjo
4. Pasrah gatining karso saking
sesulihing besan
5. Panampi saking sesulihing ingkang hamengku karso
6. Panjrahing sari puspito adi punopo dene panggihipun risang pinanganten
sarimbit purno diniro panggih, badhe kapacak upocoro adat widi widono kacar kucur, dulangan, timbangan saho sungkeman. Wondene
pratondo paripurnaning paharyan menawi temanten sarimbit sampun jengkar saking sasono rinenggo hanuju sangajengipun balai wismo, tanda yekti pawiwahan sampun paripurno.
Wassalamualaikum wr.wb

Minggu, 10 Juni 2018

Fiksi Komedi Malam Minggu Hujan


OLEH ARIZUNA ZUKIRAMA
SELASA, 14 APRIL 2015
Sebuah cerita lucu Zuck Linn lagi. Kali ini
mengambil setting hujan di malam minggu.
Semoga ga garing and Happy Reading!
Malam Minggu Hujan.
Begitulah, sepertinya doa jomblo-jomblo
teraniaya didengar Tuhan. Malam minggu hujan
turun begitu deras sejak maghrib. Banyak
sejoli yang sudah sejak pagi mempersiapkan
diri menyambut malam minggu, akhirnya cuma
bisa anteng dongkol di depan TV nonton
Saraswatichandra.
Beda nasib dengan Zuck, biarpun hujan dan
dingin tapi dia sudah anget di samping Linn.
Lewat prakiraan cuaca di TVRI stasiun milik
bangsa malam kemarin, ia tau kalau malam
minggu ini kotanya bakal diguyur hujan deras.
Makanya dia dari jam duabelas siang sudah
berangkat ngapelin Linn.
"Masbeb beruntung deh, begitu hujan turun
sudah sampai di rumah aku dan ketemu aku,"
kata Linn lemah lembut mirip putri keraton
belum makan.
Zuck cuma tersenyum dikulum.
"Senyum doang. Enggak nanya kenapa gitu?"
"Oh ini ceritanya mau ngegombal ya? Maaf,
maaf. Yaudah, kenapa?"
"Soalnya dengan begitu, Mas bisa berlindung
dari derasnya hujan, dibalik teduhnya matanya
aku..
Hweeek! Zuck muntah leptop!
"Sudahlah, ketimbang nyepikin aku, mending
bikinin minum buat aku...
"Baiklah. Masbeb maunya minum apa? Kopi?
Teh? Susu? Oh ya gimana kalau akua gelas
aja?"
"Terserah kamu deh, Beb, apa aja, yang
penting kopi. Dan kalau bisa jangan terlalu
panas, cukup yang hangatnya sehangat tatapan
matanya aku...
Huek! Linn buang muka! Muntah modem!
Akhirnya, Zuck dan Linn menikmati malam
minggu itu dengan sajian kopi tubruk segelas
berdua, sambil internetan memakai laptop dan
modem hasil muntahan mereka tadi.
Sementara di langit, mendung terus
mencurahkan hujannya ke rumah Linn dan
sekitarnya.
"Hujannya kok nggak capek-capek ya, padahal
udah start sejak Maghrib.." Linn berkomentar.
Di dinding, jam sudah menunjukan pukul 22.59
waktu Indonesia bagian beha berserakan. Tapi
hujan memang belum menunjukan tanda-tanda
akan mereda.
"Emang kenapa, Sayang?"
"Kalau hujannya nggak berhenti gimana Mas-
nya mau pulang coba?"
"Iya, bener. Padahal aku udah pengen pulang.
Tapi gimana, di luar gelap, anginnya kenceng,
banyak petir, mana hujan, gak ada soptek,
beceks..
"Lambemu...
"Kenapa aku nggak coba ditawarin nginep gitu,
Sayang?"
"Pengen sih nawarin, tapi takut Mas-nya nggak
mau...
"Ih kok gitu. Coba tawarin aja dulu, aku pasti
mau kalau harganya cocok...
Tiba-tiba Papanya Linn muncul dan tanpa ba bi
bu ba bu langsung memberikan teguran.
"Percuma pake jam mahal tapi gak tau waktu!"
"Papa apaan sih, Mas Zuck juga pengen pulang
dari tadi, tapi hujannya masih deres."
Zuck lega. Ia merasa terbela. "Bener Om, kalau
nggak hujan saya pasti sudah pulang. Nggak
sopan jam segini masih di sini...
"Iya, Papa. Mana banyak petir. Takutnya nanti
di jalan Mas Zuck disambar petir, trus berubah
jadi ganteng...
Papanya Linn ngakak banget.
"Besok kalau luang, kita berantem yah,
Sayang..." Zuck bisik-bisik ngancam.
Linn tersenyum mencibir.
"Tapi ngomong-ngomong Om kagum sama
kamu, walaupun hujan kamu bela-belain
menemui Linn. Emm... Gimana kalau kamu
nginep aja di sini.."
"Hah Om?! Serius? Demi apa?" Zuck terbelalak
kesenengan.
"Iya serius. Kamu tidur di ruang tamu. Tapi
maaf nggak ada bantal sama selimutnya?"
"Wuah makasih Om, makasih. Kalau cuma
bantal dan selimut nggak masalah, Om."
"Yaudah ini udah malam, sebelum tidur makan
dulu sanah, ada mie ayam spesial tuh...
Bukannya makan, Zuck malah buru-buru pergi
entah kemana. Linn beserta Papanya heran.
Tapi setelah 20 menit, Zuck muncul kembali.
"Lah kamu darimana saja, pakaianmu jadi
basah kuyup begitu?" Ayah Linn bertanya
keheranan.
Zuck nyengir kuda nil, "Anu Om, barusan dari
rumah, pulang dulu ngambil selimut sama
bantal...
*****

Cerita Lucu Romantis: Ketika Zuck Linn Putus


OLEH ARIZUNA ZUKIRAMA
SELASA, 26 MEI 2015
Cerita lucu Sejoli Salah Gaul Zuck dan Linn
seperti ini dulunya lumayan sering aku tulis di
facebook. Tapi entah sekarang-sekarang ini
facebook semakin tidak asyik, suka
menghilangkan postingan-postingan para
penggunanya. Jangankan postingan lama,
status bulan-bulan yang lalu aja banyak yang
sudah tidak terdeteksi di wall. Agak kesel juga
sih, apalagi kalau status yang hilang itu punya
arti tersendiri dan pengen dibaca kapan-kapan
lagi. Makanya sekarang aku lebih memilih
menuliskannya di blog yang pengarsipannya
jauh lebih baik.
Setelah dua bulan lalu menulis Cerpen Lucu:
Kencan Kacau yang ternyata menjadi postingan
paling populer di blog ini, kali ini aku mencoba
membuat tulisan bergenre sama. Tapi ini
bukan cerpen. Ini hanya cerita ringan-ringan
saja. Happy Reading.
Ketika Zuck Linn Putus
Akhir-akhir ini mereka sudah tidak seperti
Romeo dan Juliet lagi. Lebih seperti Tom dan
Jerry. Bentar-bentar tengkar. Zuck yang
semakin posesif. Dan Linn yang jarang mau
mengalah. Zuck yang sibuk dengan
keinginannya sendiri, dan Linn yang mulai
capek dengan semua sikap Zuck.
Seperti malam minggu lalu. Di saat hati Linn
yang sudah berbintang-bintang menanti
dimalamingguin Zuck, seketika berubah
menjadi kelabu ketika di detik-detik terakhir
Zuck mengabarkan belum bisa datang. Dia
mau nonton pertandingan terakhir tim
kesayangannya Cordoba melawan Eibar di liga
Spanyol musim ini. Linn yang jengkel banget,
lari serampangan menuju kamarnya sambil
ngomel-ngomel. Karena serampangan, tanpa
sengaja pahanya menyenggol pojokan sofa.
Brukk! Dia jatuh. Jengkelnya pun semakin
berlipat ganda!
Di saat yang sama tapi di tempat berbeda,
Zuck sedang asyik nonton bola. Begitu bola
selesai, bukannya menghubungi Linn, dia malah
lanjut nonton Jodha Akbar, terus sambung ke
King Sulaiman. Akhirnya jam 12.15 Zuck baru
berangkat ngapelin Linn. Tentu saja Linn tidak
terima karena malam minggu sudah ditutup.
Zuck pun pulang lagi tanpa rasa bersalah.
"Kenapa gak mau nemuin aku?" tanya Zuck via
telepon sesampainya di rumah.
"Ini udah jam berapaaa?! Jengkelin banget sih!"
"Iya deh maaf."
"Saking jengkelnya aku sampai jatuh
kesandung pojokan sofa tau gak!"
"Beneran jatuh? Jangan-jangan cuma diving."
"Beneran!!!"
"Yaudah jangan marah-marah dong. Masih
mending kan jatuh kesandung pojokan sofa,
daripada jatuh cinta kepada orang yang salah?"
"Iya! Dan orang yang salah itu kamu!"
"Cowok memang selalu salah ya?"
"Udah tau peraturannya gitu gak mau
disalahin."
"Yaudah ngomongin yang lain aja."
"Emoh. Aku maunya ngomongin kita."
"Kamu udah makan?"
"Udah."
"Kok udah sih? Trus siapa yang ngingetin kamu
makan? Siapa? Muntahin lagi!"
"Kamu lewat pesan facebook."
"Seharian ini aku gak sempat facebookan."
"Aku kan tau password fb kamu, Mas. Jadi aku
masuk, aku nulis pesan trus kirim ke akunku
sendiri 'jangan lupa makan ya, Sayang'"
"Hehe..."
"Makan tuh bola! Makan tuh drama India! Udah
kayak emak-emak aja nontonnya drama."
"Sayang! Kamu boleh ngelarang aku nonton
bola, ngelarang aku make narkoba, tapi jangan
pernah sekali-kali ngelarang aku nonton putri
Hurrem. Camkan itu!"
Linn diam saja males ngomong dan berdebat
lagi.
"Yaudah deh besok sore kita jalan-jalan. Aku
traktir kamu apa aja yang kamu mau," bujuk
Zuck.
"Beneran, Mas?"
"Beneran, Sayang. Mau minta apa aja aku
beliin, yang penting jangan lebih dari duapuluh
ribu."
"Asyik. Awas kalo bohong!"
*****
Minggu sore Zuck dan Linn motor-motoran
keliling komplek naik matic-nya Linn sampai
capek. Kemudian mampir di rumah makan
Padang 'Rindang Raya'.
"Kita pesen makan sepiring berdua aja ya,
Sayang."
"Iya, Mas. Biar romantis."
"Romantis apaan. Ini nih untuk pengiritan,
Sayang," jawab Zuck jujur dan apa adanya.
Sepertinya pelit memang sudah menjadi gaya
hidupnya sehari-hari.
Linn merengut ringan mendengar jawaban
Zuck. "Males ah kalau tujuannya buat
pengiritan. Kirain biar romantis."
"Yaudah, mau makan apa, Sayang?"
"Nasi sama lauknya ayam apa tuh, Mas, yang
bentuknya kayak kentakipretciken," kata Linn.
"Oh itu ayam pop, Sayang."
"Iya ayam pop. Kalau Mas sama ayam rock aja
ya, hihi," canda Linn. Garing.
"Enggak ah. Aku maunya ayam yang lain."
"Ayam apa?"
"Ayam nothing without you."
Wajah Linn merona dan tersenyum malu-malu
kambing mendengar gombalan Zuck yang tak
seberapa itu. Setelah senyum malu-malu
kambingnya selesai, ia mulai menyantap nasi
dan ayam pop pesanannya dengan lahab. Zuck
hanya ngeliatin saja kekasihnya makan sambil
nungguin sisa.
"Gimana ayam pop-nya, Sayang?" tanya Zuck.
"Umm.. Nikmat, Mas. Nikmat bangeeet..."
jelas Linn merem melek saking enaknya.
Zuck melotot. "Segitunya?! Muntahin lagi!
Muntahin lagiii..."
"Apaan lagi sih, Mas?"
"Aku gak suka kamu dapat kenikmatan selain
dari aku. Muntahin lagi!" hardik Zuck yang
mulai terbakar cemburu sama ayam.
Linn gemes banget menghadapi sikap Zuck
yang tingkat posesifnya sudah tidak manusiawi
ini. Pengen rasanya jejelin tulang ayam ke
cangkemnya. "Mas ini maunya apa sih? Dikit-
dikit salah. Dikit-dikit salah! Salah kok dikit-
dikit."
"Gak lucu! Pokoknya aku ga seneng kamu
mendapat kenikmatan selain dari aku!" kata
Zuck kemudian berdiri dan melangkah kasar
keluar rumah makan meninggalkan Linn.
Linn yang sudah kehilangan selera makannya,
kemudian buru-buru menyusul Zuck.
"Maunya apa sih sebenarnya?" desak Linn
sesampainya di parkiran.
"Kalau begini terus aku gak sanggup," dengus
Zuck.
"Begini gimana?"
"Kamu selalu berbuat semaumu sendiri!"
"Kebalik! Justru kamu yang akhir-akhir ini
berbuat seenak udelmu!" Linn juga mulai
emosi.
"Sok tau! Kayak pernah jilat udelku aja!"
"Hueek!"
"Yaudah kita pisahan aja. Kita putus!"
Linn terhenyak menatap Zuck tak percaya. Lalu
menggeleng kuat-kuat. "Nggak mau, Mas.
Nggak mau!"
"Kenapa? Kamu gak sanggup berpisah
denganku kan? Hahaha. Makanya berubah
dong!"
"Aku gak rela kamu mutusin aku. Biar aku aja
yang akan mutusin kamu. Kita putus! Puu...
Tus!" ketus Linn sambil memperagakan
gerakan telapak tangan menyembelih leher
sendiri.
"Eh, gak bisa gitu. Udah duluan aku yang
mutusin kamu!"
"Pokoknya aku yang mutusin kamu! Aku!"
"Terserah! Pulang sana sendiri jalan kaki nggak
usah bonceng aku!" maki Zuck sambil menaiki
motornya.
"Eh setan, itu motor gue! Sini kunci motornya
sini!"
"Oia lupa..."
Lalu Linn menaiki motor matic-nya yang tadi
sempat diduduki Zuck. "Sana kamu pulang
numpang truk batubara. Gak usah bareng gue.
Kita udah putus!"
"Ingat ya, Linn. Suatu saat lu bakal nyesel udah
mutusin gue. Sampai kapanpun lu ga bakalan
dapet cowok yang sepelit gue!"
"Opo yo tak pikir!"
"Ndasmu!"
"It's oke wae, Mas. Aku rapopo," Linn mulai
menstater motor matic-nya.
"Baiklah, Linn. Selamat tinggal. Daa..." kata
Zuck seraya melambaikan tangan.
"Dadaa..." bales Linn sambil melambaikan
dada.
Setelah itu, Linn langsung mengegas motornya
dengan kecepatan 300km/h meninggalkan
sang mantan dengan perasaan remuk redam.
Baru 500 meter, ia menghentikan motornya di
pinggir jalan, kemudian duduk nangis di trotoar.
Ia masih tidak percaya kedekatannya dengan
Zuck yang sudah berlangsung sejak kecil, harus
berakhir gara-gara sepotong ayam pop. "Zuck
sialan. Tega bener mutusin gue.. Huhuuu...."
ratapnya sesenggukan.
Beberapa saat kemudian, seorang pengendara
motor berhenti di dekat Linn. "Mbak kenapa
nangis?"
Linn buru-buru mengusap air matanya.
Kemudian menggeleng lemah. "Saya nggak
nangis kok, Bang. Ini lagi latihan pipis lewat
mata."
Pengendara motor itu pengen ngakak tapi
nggak tega. "Saya cuma mau nanya, Mbak.
Rumah makan Rindang Raya di mana ya?
Katanya sih di sekitar sini?"
"Oh itu di sana, Bang. Udah deket kok. Abang
jalan terus aja lurus. Nah nanti kira-kira 500
meter, ada cowok berdiri di sana sok ganteng
dan nyebelin namanya Zuck, tabrak aja, Bang!"
******
Sejak putus dengan Linn tiga hari silam, hidup
Zuck sekarang menjadi tenang dan sepi. Tapi
ternyata ia tidak bahagia dengan kondisi itu.
Zuck mulai menyadari, meskipun Linn itu
cantik, tapi dia baik, udah gitu lucu. Ia butuh
Linn. Siang malam terasa hampa tanpa adanya
Linn.
Seperti malam ini, padahal jarum jam sudah
berada di angka dua, tapi kangennya tidak bisa
diajak kompromi dengan waktu. Hingga
membuatnya tidak bisa tidur. Akhirnya ia
singkirkan gengsinya, meraih handphone
menghubungi Linn. Beruntung Linn belum tidur
dan ganti nomor.
"Halo, Linn," sapa Zuck.
"Halo juga," jawab Linn lirih.
"Apa kabar? Maaf baru sempat nelpon. Oia,
tiga hari yang lalu kamu udah makan?"
"Embuh," bisik Linn. "Kenapa nelponnya
malam-malam sih?"
"Emm... Nungguin gratisan, hehe."
"Huh. Dasar!" sungut Linn. "Kalo nelpon jam
segini tuh ganggu orang-orang yang udah tidur
tau."
"Yaudah kalo gitu kita ngobrolnya dalam hati
aja gimana?"
"Baiklah..." jawab Linn dalam hati.
"Aku kangen kamu banget," kata Zuck dalam
hati.
"Kan emang disarankan begitu, kalau tidur
sebaiknya tidak usah pake beha demi
kesehatan," jawab Linn masih dalam hati.
"Udah ah, jangan ngobrol dalam hati lagi, gak
nyambung," kata Zuck.
"Haha..." Linn tertawa.
"Aku kangen tawa kamu seperti ini, Sayang."
Linn tertegun. Terdiam beberapa saat
membayangkan wajah Zuck yang nyebelin yang
sudah sekian hari tak dilihatnya. "Kenapa
manggil aku 'Sayang'? Kita kan udah putus?"
"Eh, eh, iya. Duh... Sorry, sorry. Udah terbiasa
sih," suara Zuck terdengar gelagapan salah
tingkah.
"Emang kamu udah bisa move on?"
Linn terdiam lagi. "Gak bisa, Mas."
"Kita balikan?" tawar Zuck langsung.
"Enggak mau."
"Ciee udah dapat pengganti cowok yang lebih
pelit dari aku ya? Selamat deh."
"Enggak! Aku belum bisa move on. Sampai
kapanpun kamu tak akan terganti, Mas. Diganti
dengan uang juga gak bisa..."
"Trus kenapa gak mau balikan?"
"Buang L-nya."
"Emm... Berarti baikan?"
"Iyah."
"Hehe. Baiklah."
"Mas jangan tinggalin aku lagi. Aku butuh
kamu, Mas. Setiap hari Mas harus
nyemangatin aku buat move on. Aku gak bisa
move on sendirian," Linn mulai terisak.
"Iya, Linn, iya. Aku juga gitu. Kita barengan lagi
ya. Kita move on sama-sama."
"Janji ya, Mas?"
"Iya, Sayang."
Linn tersenyum. Zuck juga.
*****

Rabu, 06 Juni 2018

Suatu Ketika Pada Berbuka Puasa


OLEH ARIZUNA ZUKIRAMA
RABU, 15 JULI 2015
"Bangun, Mas..." Linn mengguncang-guncang
tubuh Zuck.
Zuck membuka mata. Diliriknya jam di dinding,
masih seperti kemarin, jam 03.40. Ia segera
bangkit dari tempat tidur, mengambil handuk
dan bersiap ke kamar mandi. Tapi dilihatnya
Linn justru tertidur kembali.
"Duh ini gimana. Kok malah tidur lagi?" Zuck
geleng-geleng tak mengerti. "Bangun, Sayang.
Sahur."
Linn menggeliat manja. "Linn kan nungguin
dibangunin sama Mas."
"Lah bukannya tadi udah bangun duluan?"
"Hooaammm..." Linn menguap lebar. Kelelawar
berterbangan dari dalamnya. Aroma naga
memenuhi seantero kamar. Zuck membekap
mulut dan hidungnya.
Linn bangkit dari tidurnya. Duduk ditepi
ranjang. "Tadi aku bangunin Mas supaya Mas
bangunin aku. Kan biasanya Mas yang
bangunin aku. Yee.. Pura-pura lupa nih..."
"Jiah... Mending kita bertengkar aja yuk.
Nggak usah sahur!"
"Kan? Dikit dikit ngambek. Gak dewasa.
Berubah dong, Mas. Temen-temennya Mas aja
udah pada berubah...
"Kok jadi banding-bandingin gitu?!" penggal
Zuck dengan wajah bete.
Linn tertunduk. "Tapi emang bener kok. Jabon
aja sekarang udah berubah jadi alim. Sudrun
juga udah jadi anggota dewan. Nah Mas..."
Linn mengangkat wajah, menatap sendu
suaminya. "Dari dulu ga pernah berubah, selalu
aja ganteng..."
"Hih! Pagi-pagi..." Zuck mengacak-acak
rambut Linn. "Sebenarnya aku juga heran sih,
Mbal. Biasanya, bayi-bayi itu kalau lahir
langsung nangis ya kan, Beb, kan? Lhah aku
kata Ibuku, begitu dilahirkan langsung ganteng
masa?" jelas Zuck sambil menganggkat bahu.
Linn meletin lidah ke arah Zuck. Zuck ngakak
berderai. Pagi yang dingin. Namun tetap
hangat.
*******
Sorenya. Selepas sholat ashar.
"Kita ndak usah masak ya, Mas. Tadi temen
SD aku nelpon, ngundang kita buka bersama di
restoran Karomah?" kata Linn sambil menyisir
rambutnya di depan meja rias.
"Ga usah aja deh, Sayang. Ga penting juga,"
jawab Zuck singkat.
"Kenapa? Sekalian silaturrahmi lho, Mas."
"Silaturrahminya ntar aja pas lebaran."
Linn diam dengan muka menyungut. Ia terlihat
kecewa atas keputusan Zuck. Sisir
diletakannya dengan gerakan serampangan.
Zuck mendekati Linn. Dipeluk istrinya itu dari
belakang. Terseyum geli melihat wajah istrinya
yang merengut di cermin.
"Merengut aja tetep manis. Gak takut, kalau
ikut buka bersama nanti dimakan sama
mereka? Haha..."
Nggak ngaruh. Linn tetap cemberut di
tempatnya. Zuck melepas pelukannya.
Diambilnya sisir yang tadi dipakai Linn,
kemudian rambut istrinya disisirin hati-hati.
"Aku memang kurang suka acara-acara seperti
itu. Sering gara-gara mengutamakan hal yang
nggak penting, hal yang penting justu
terabaikan. Pernah lho Sayang, aku buka puasa
bareng di sebuah restoran gitu, iuarannya
mahal, menunya enak-enak, pelayannya cantik,
makan sekenyangnya, habis makan masih
ngemil, sambil asik ngobrol-ngobrol, hingga
tau-tau udah adzan isya! Jadinya sholat magrib
terabaikan. Percuma kan puasa kalau seperti
itu? Jadi ga usah aja ya, Beb," jelas Zuck.
"Selain itu aku juga nggak punya duit."
Linn tersenyum kesal. "Dasar. Ngomong nggak
punya duit aja pake muter-muter."
"Mendingan sekarang kita masak aja gimana?
Masak nasi aja. Kan sayur sahurnya masih ada,
tinggal dipanasin."
"Dibantuin kan, Mas?"
"Yaiyalah. Sayang bagian nyuci beras, dibilas
sampai bersih, trus masukin ke mejikom. Aku
bagian nyolokin listriknya."
Linn melirik tajam. "Ntar abis buka puasa
berantem ya. Catet!"
"Haha, yaudah. Sayang masak nasi, aku goreng
telur. Telur mata sapi spesial buat dirimu.
Mau?"
"Hehe.. Mau banget, Mas. Kalau bisa telur
mata sapinya yang tatapannya lembut kayak
tatapanku gini. Trus nggak juling."
Zuck garuk-garuk rambut. Kepalanya tiba-tiba
serasa banyak ketombenya. "Kayaknya
berantem beneran deh nanti ini."
"Haha. Yaudah, aku rikues telur mata hati saja,
Mas."
"Oke sip. Kalau sambil ditemani Sayang gini,
goreng telurnya nanti berbentuk hati."
Acara masak memasak nasipun berlangsung
lama dan gak manusiawi. Kebanyakan
becandanya sih. Sampai-sampai sayur sisa
sahur yang belum diangetin, panas sendiri
menyaksikan kemesraan mereka.
Dan tanpa terasa bedug buka puasa telah
berbunyi.
"Alhamdulillah sudah waktunya berbuka.
Diawali dengan yang manis-manis dulu ya,
Mas," ucap Linn seraya menuangkan es sirup
dan disodorkan segelas untuk suaminya.
"Bukan gitu, Sayang. Yang benar tuh diawali
dengan Bismillah dulu."
"Terserah Masnya aja deh. Cape ngomong
sama tutup limun!"
Zuck menengadahkan kedua tangan, membaca
do'a berbuka puasa. Sementara Linn meng-
Aamiin-kan perlahan.
Dan berdoa selesai. Tapi Zuck tak
menghiraukan es sirup di hadapannya. Ia
malah menatap Linn, wajah istrinya itu
dipandanginya dengan lembut dan cukup lama.
"Apaan sih ih. Norak," ucap Linn menahan
senyum.
Zuck tertawa kecil. Kemudian meraih gelas
sirup dihadapannya dan diteguknya hingga
setengah. Baginya, semanis-manisnya sirup
buka puasa, tak akan bisa menandingi
manisnya wajah Linn. Pret!