Sabtu, 31 Maret 2018

Tips memilih gubernur

Sebentar lagi party ya gaes. Pesta! Pesta demokrasi.
Jangan lupa berikan suara kamu, kalo perlu
mumpung masih ada waktu sekarang les vokal dulu
juga gapapa.
Badewe udah punya pilihan? Kok belum? Kenapa?
Okelah ga usah dijawab kalo keberatan. Langsung
saja, sebagai toko masyarakat, gue akan coba
memberi tips memilih Gubernur.
1. Rencanakan dengan cermat siapa yang akan
kamu pilih besok. Jangan pilih orang yang ga
nyalon. Memilihlah sesuai dengan profinsi kamu. Jangan
ngotot nyoblos Nia Rahmadani kalo kamu berada di
Profinsi Jawa Timur.
2. Datang ke TPS yang telah disediakan, jangan ke
konter ngisi pulsa. Karena untuk mendukung calon gubernur
idolamu, kamu harus mencoblosnya, bukan voting
via SMS. Ini bukan Indonesian Idol.
3. Kalo perlu bawa paku sendiri dari rumah. Siapa
tau paku di TPS udah seken dan karatan bekas
maku kepalanya kuntilanak. Kamu bisa tetanus ntar.
4. Biarpun kamu seorang aktivis fesbuk garis keras,
dalam memilih kamu harus tetap nyoblos, ga boleh
nyolek.
5. Sekarang kan banyak artis yang nyalon gubernur. So,
memilih calon jangan cuma dilihat dari fisiknya.
Yang penting berwibawa, cantik dan body-nya
bagus. Itu.
6. Biarpun ke TPS bareng istri, masuk ke bilik
suaranya jangan berdua, takutnya nanti malah
pengen nyoblos yang lain.
7. Budayakan antri. Pemilihan umum gubernur
emang agak ribet dibanding pemilihan ketua kelas.
Jadi mungkin akan ada yang lama di dalam bilik
suara. Bersabarlah. Ga perlu protes: "Ya Tuhan...
Lama sekali sih kamu di dalam!" Ingat, yang di
dalam bilik suara itu manusia biasa, bukan Tuhan.
8. Senarsis-narsisnya kamu, jangan selfie di dalam
bilik suara beserta gambar calon yang kamu coblos
trus diupload ke sosmed. Jangan! Pemilu itu
rahasia.
9. Setelah dicoblos masukan kertas suara ke dalam
kotak yang telah disediakan. Cukup kertas suara-
nya aja, jangan ditambahin duit, soalnya itu bukan
kotak amal.
10. Terakhir celupkan jari tangan ke tinta sebagai
tanda kamu sudah memilih. Tapi satu jari saja, ga
usah alay 10 jari dimasukin semua. Itu bukan kutek.
Itu aja ya gaes. Semoga ga bermanfaat. Sampai
jumpa di pemilihan Gubernur 5 tahun mendatang.
Kalo kamu punya tips juga jangan disimpen, share
aja di komen.
#SalamTampan | kang joko

Kamis, 29 Maret 2018

Senja di pantai kasih

Pulang kerja aku menjemputnya ke tempatnya
berkerja. Meski berbeda bidang pekerjaan,
sabtu akhir pekan seperti ini kami kerap
pulang bersama. Tidak langsung pulang, kami
biasanya singgah di pantai Kasih dan baru
pulang ke rumah setengah jam sebelum
magrib.
Nama sebenarnya bukan pantai Kasih, tapi
karena kami merasa dunia ini sudah milik
berdua, kami sering sesukanya jika menamai
suatu tempat yang kami sukai.
Tak banyak yang dilakukan di sana. Hanya
duduk menanti senja, makan kuaci, minum es
kelapa muda. Dia bercerita tentang hari-harinya,
aku mendengarnya sesekali ikut bercerita. Lalu
jika senja tiba, kami akan melepas alas kaki,
menggulung celana, lalu berjalan menyusuri
bibir pantai.
"Nanti malam kita kemana ya? Biasanya
malam minggu nonton bola, tapi Liga-liga
belum mulai...
Dia diam, malah asyik bermain-main dengan
ombak. Mengejar ombak yang menjauh, ketika
ombak kembali datang, gantian dia yang
dikejar. Dia akan lari sambil tertawa keras dan
lepas. Aku tersenyum sendiri melihat
tingkahnya itu.
"Kamu bukan ABG lagi, Mas?" katanya sedikit
ngos-ngosan.
"Trus kenapa? Persoalan?"
"Sudah bukan waktunya lagi sibuk mikirin
tujuan malam minggu. Pikirin tuh tujuan hidup.
Pikirin juga masa depanmu.."
Aku tersenyum, menatap matanya yang
menatapku. Mata yang indah. Begitu indah
malah. Sampai sulit aku menilai mana yang
lebih indah, antara matanya dia atau matahari
senja di kaki langit sebelah barat sana.
Kalau itu setiap hari, Sayang. Setiap hari aku
memikirkan masa depanku..."
"Jangan cuma dipikirin, tapi juga harus dikejar!"
suaranya sedikit tegas, sambil tangannya sibuk
menyingkirkan beberapa helai rambutnya yang
tergerai menutupi wajah karena tertiup angin
pantai.
Aku membantunya, menyingkirkan rambut dari
wajahnya. Rambutnya yang lurus hitam bagus
dan lembut itu memang mudah dikibarkan
angin.
"Ngapain juga masa depan dikejar..." jawabku
kemudian.
"Kok ngapain?" dia melotot sedikit tidak
terima.
"Lhah ngapain dikejar?" kataku agak berbisik.
Bola matanya kutatap dalam-dalam. "Masa
depanku kan sudah ada di depanku
sekarang..."
"Gombaaaallll!" serunya sambil berusaha
meninju lenganku. Aku lari menghindar. Dia
mengejar. Aku berhenti. Menunggunya.
"Dasar kuman karpet..." katanya cemberut
setelah berhasil menyusulku. Lenganku
kembali ditinjunya pelan. Tapi kali ini aku
pasrah saja.
"Kalau bener aku masa depannya Mas, buktiin
dong!" cibirnya.
"Boleh. Caranya?"
Dia tampak memikirkan sesuatu. Lalu
memandangku tajam. "Lamar aku!"
"Hah?!" aku tercekat dan langsung terdiam.
"Kita bersama sudah dari 2016, 2017 dan
sekarang 2018. Lalu sampai duaribu berapa
lagi kita akan gini-gini terus?!"
Aku semakin terdiam.
"Emangnya Mas nggak malu sama keong
racun?" dia bertanya.
"Malu kenapa? Kenal aja enggak!"
"Gini deh, Mas. Tak kasih tau ya. Keong racun
itu, baru kenal udah ngajak tidur. Nah Mas-
nya, udah 3 tahun kenal, ngelamar aja ga
berani!"
Jleb! Rasanya kayak terhempas dan nyungsep
ke dalam pasir! Dalem banget ini. Dalem!
Seorang Trisno yang keren keparat ini ternyata
derajatnya masih di bawah keong racun!
"Diem aja sih, Mas?"
"Baiklah, aku akan lamar kamu..." kataku tanpa
pikir panjang.
Dia kembali menatapku, kali ini dengan sorot
lembut dan cukup lama. Aku tau, dia sedang
mencari keseriusan atas pernyataanku barusan.
Aku berpaling. Tidak kuat walau untuk sedetik
lagi. Tatapan seperti itu selalu meluluhkan
hatiku setiap dia meminta sesuatu. Dan
sepertinya dia sudah hapal dengan
kelemahanku satu ini.
"Udahlah, Sayang, biasa aja natapnya. Ini
serius, aku akan melamarmu...
"Kapan?" tanyanya semangat.
"Sore ini juga! Ayo pulang. Kita temuin orang
tuamu..." kuraih tangannya untuk kugandeng
pulang.
"Hah?! Sore ini juga."
"Yo'i..."
Gantian dia yang terkejut dan terdiam. Ehmm.
*****

Rabu, 28 Maret 2018

Someting to share


Ada seorang gadis menyewa rumah di
pinggiran kota. Di sebelahnya, ada rumah
sepasang suami istri dengan seorang anak
perempuan berumur sekitar 5 tahun. Di mata
gadis itu, keluarga tersebut kehidupannya
begitu miskin, terlihat dari pakaian yang
mereka kenakan sudah usang termakan waktu.
Malam pertama si gadis menempati rumah itu,
lampu tiba-tiba mati. Dengan bantuan cahaya
handphone ia ke dapur mau mencari lilin. Tiba-
tiba ada yang mengetuk pintu, ternyata anak
miskin sebelah rumah.
Dari balik pintu, anak itu bertanya dengan risau,
"Kakak ada lilin tidak?"
Gadis itu berpikir, baru aja datang udah mau
diminta-minta. Jangan dikasih, nanti jadi
kebiasaan! Maka si gadis berteriak, "Tidak
ada, Dek! Maaf."
Ketika itulah si anak miskin berkata riang,
"Kakak baru pindah sih. Saya sudah menduga
Kakak tidak punya lilin. Ini ada dua lilin saya
bawakan untuk Kakak. Kami kuatir karena
kakak tinggal sendirian dan tidak ada lilin."
Seketika, si gadis merasa begitu bersalah.
Dalam linangan airmata, dia membuka pintu
lalu memeluk anak kecil itu erat-erat.
Pesan Moral: Janganlah mudah berprasangka
dengan penampilan luar seseorang.
Not he who has much is rich, but he who gives
much. Orang kaya yang sebenarnya bukanlah
mereka yang kaya atau memiliki banyak harta
benda. Orang yang kaya yang sejati adalah
mereka yang bisa memberi banyak ke
sekitarnya.

Bos kecil

Hati-hati, Hati

Ketika kamu memancing ikan..
Setelah seekor ikan melekat di mata kail..
Kamu harus mengambil ikan itu..
Jangan begitu saja kamu lepaskan lagi ke air..
Karena ia akan sakit oleh bekas ketajaman
mata kail..
Dan mungkin saja ia akan menderita selama
hidupnya..
Pun kamu..
Ketika berani mengatakan cinta kepada
seseorang..
Setelah memberi banyak harapan padanya..
Setelah ia mulai menyayangimu..
Kamu harus menjaga hatinya..
Jangan meninggalkannya begitu saja..
Karena dia akan terluka oleh kenangan
bersamamu..
Dan mungkin saja ia tak akan bisa
melupakanmu selama hidupnya..
Jika kamu memiliki lukisan cantik..
Anggaplah ia sekedar perhiasan biasa..
Jangan terlalu memuja keindahannya..
Kalau kamu menganggapnya yang terbaik
tanpa cela..
Maka suatu saat kamu menemukan satu
bagian saja yang rusak..
Kamu sulit untuk menerimanya..
Akhirnya ia dibuang..
Padahal jika kamu coba memperbaikinya,
mungkin lukisan itu masih bisa digunakan
lagi..
Begitu juga jika kamu mengenal seseorang..
Anggaplah dia manusia biasa..
Terimalah apa adanya..
Jangan terlalu mengaguminya..
Jika kamu menganggapnya yang paling
sempurna dan istimewa..
Maka, ketika dia sekali saja melakukan
kesalahan..
Kamu tak bisa terima..
Kamu kecewa dan meninggalkannya..
Padahal jika kamu memaafkan..
Mungkin saja hubunganmu akan terus hingga
ke jenjang yang lebih membahagiakan..
Jika kamu sudah memiliki sepiring nasi..
Yang baik untuk dirimu..
Berkhasiat..
Mengenyangkan..
Janganlah kamu sia-siakan..
Mencoba mencari makanan yang lain..
Terlalu ingin mengejar kelezatan..
Suatu saat, nasi itu akan basi dan kamu tidak
bisa lagi memakannya..
Kamu akan menyesal.
Begitu juga jika kamu telah bertemu
seseorang..
Yang bisa membawa kebaikan pada dirimu..
Menyayangimu..
Mengasihimu..
Mengapa kamu sia-siakan..
Lalu coba membandingkan dengan yang lain..
Terlalu sibuk mengejar kesempurnaan..
Suatu saat, kamu akan kehilangannya ketika
dia sudah menjadi milik orang lain..
Kamu juga akan menyesal..